Digikid is available in Chinese and English now!!
Digikid sudah ada dalam Bahasa Mandarin dan Bahasa Inggris lho ^^
Check it out! Digi-ch, Digi-eng

Monday, September 15, 2008

KISAH SEDIH PENCUCI PIRING

OK! Setelah beberapa lama bergelut di tema "Jokes", sekarang digi mau mulai mendalami dunia "Renungan". Dalam beberapa kurun waktu ini, digi bakalan cari renungan-renungan yang bagus, semoga renungannya semua dibaca dengan hati yah, dan kalau bisa dilaksanakan.

Soalnya banyak yang baca renungan tetapi tidak diterapkan dalam kehidupan aslinya ^^

Selamat membaca ^_^

----------------------------------------------------------------------------------
Siapa yang paling berbahagia saat pesta pernikahan berlangsung?

Bisa jadi kedua mempelai yang menunggu detik-detik memadu kasih. Meski lelah

menderanya namun tetap mampu tersenyum hingga tamu terakhirpun. Berbulan bahkan hitungan tahun sudah mereka menunggu hari bahagia ini.
Mungkin orang tua si gadis yang baru saja menuntaskan kewajiban terakhirnya dengan
mendapatkan lelaki yang akan menggantikan perannya membimbing putrinya untuk langkah selanjutnya setelah hari pernikahan.


Atau bahkan ibu pengantin pria yang terlihat terus menerus sumringah, ia membayangkan akan segera menimang cucu dari putranya. "Aih, pasti segagah kakeknya," impinya.

Para tamu yang hadir dalam pesta tersebut tak luput terjangkiti aura kebahagiaan, itu nampak dari senyum, canda, dan keceriaan yang tak hentinya sepanjang mereka berada di pesta.

Bagi sanak saudara dan kerabat orang tua kedua mempelai, bisa jadi momentum ini dijadikan ajang silaturahim, kalau perlu rapat keluarga besar pun bisa berlangsung di sela-sela pesta.

Sementara teman dan sahabat kedua mempelai menyulap pesta pernikahan itu menjadi reuni yang tak direncanakan. Mungkin kalau sengaja diundang untuk acara reuni tidak ada yang hadir, jadilah reuni satu angkatan berlangsung.

Dan satu lagi, bagi mereka yang jarang-jarang menikmati makanan bergizi plus, inilah saatnya perbaikan gizi walau bermodal uang sekadarnya di amplop yang tertutup rapat.

Nyaris tidak ada hadirin yang terlihat sedih atau menangis di pesta itu kecuali air mata kebahagiaan.

Kalau pun ada, mungkin mereka yang sakit hati pria pujaannya tidak menikah dengannya. Atau para pria yang sakit hati lantaran primadona kampungnya dipersunting pria dari luar kampung.

Namun tetap saja tak terlihat di pesta itu, mungkin mereka meratap di balik dinding kamarnya sambil memeluk erat gambar pria yang baru saja menikah itu.

Dan pria-pria sakit hati itu hanya bisa menggerutu dan menyimpan kecewanya dalam hati ketika harus menyalami dan memberi selamat kepada wanita yang harus mereka relakan menjadi milik pria lain.

----------------------------------------------------------------------------------

Apa benar-benar tidak ada yang bersedih di pesta itu? Semula saya mengira yang paling bersedih hanya tukang pembawa piring kotor yang pernah saya ketahui hanya mendapat upah sepuluh ribu rupiah plus sepiring makan gratis untuk ratusan piring yang ia angkat. Sepuluh ribu rupiah yang diterima setelah semua tamu pulang itu, sungguh tak cukup mengeringkan peluhnya.

Sedih, pasti.

Tak lama kemudian saya benar-benar mendapati orang yang lebih bersedih di pesta itu. Mereka memang tak terlihat ada di pesta, juga tak mengenakan pakaian bagus lengkap dengan dandanan yang tak biasa dari keseharian di hari istimewa itu. Mereka hanya ada di bagian belakang dari gedung tempat pesta berlangsung, atau bagian tersembunyi dengan terpal yang menghalangi aktivitas mereka di rumah si empunya pesta.


Merekalah para pencuci piring bekas makan para tamu terhormat di ruang pesta.


Bukan, mereka bukan sedih lantaran mendapat bayaran yang tak jauh berbeda dengan pembawa piring kotor. Mereka juga tidak sedih hanya karena harus belakangan mendapat jatah makan, itu sudah mereka sadari sejak awal mengambil peran sebagai pencuci piring. Juga bukan karena tak sempat memberikan doa selamat dan keberkahan untuk pasangan pengantin yang berbahagia, meski apa yang mereka kerjakan mungkin lebih bernilai dari doa-doa para tamu yang hadir.

Air mata mereka keluar setiap kali memandangi nasi yang harus terbuang teramat banyak, juga potongan daging atau makanan lain yang tak habis disantap para tamu. Tak tertahankan sedih mereka saat membayangkan tumpukan makanan sisa itu dan memasukkannya dalam karung untuk kemudian singgah di tempat sampah, sementara anak-anak mereka di rumah sering harus menahan lapar hingga terlelap.

Andai para tamu itu tak mengambil makanan di luar batas kemampuannya menyantap, andai mereka yang berpakaian bagus di pesta itu tak taati nafsunya untuk mengambil semua yang tersedia padahal tak semua bisa masuk dalam perut mereka, mungkin akan ada sisa makanan untuk anak-anak di panti anak yatim tak jauh dari tempat pesta itu. Andai pula mereka mengerti buruknya berbuat mubazir, mungkin ratusan anak yatim dan kaum fakir bisa terundang untuk ikut menikmati hidangan dalam pesta itu.


--------------------------------------------------------------------------------

Kita semua pasti pernah pergi ke resepsi pernikahan.
Tak jarang kita melihat tamu-tamu yang duduk se-meja dengan kita mengambil makanan dalam jumlah banyak, dan tidak jarang dalam hati kita tersirat, "Waduh, jatah gw mana cukup kalo semua orang ngambil banyak gini!"
Simple, tapi itu kenyataannya!
Alhasil, ketika resepsi pernikahan itu usai, banyak piring-piring yang masih menyisakan daging rendang, nasi goreng, dan segala jenis hidangan yang disediakan.
Mungkin kita bukan satu dari sekian banyak orang yang mempunyai pola pikir "Ambil sebanyak-banyaknya selagi ada", dan saya akan sangat bersyukur akan hal tersebut.

Tetapi, diluar daripada itu, apakah pernah kita renungkan...
Betapa banyak di dunia ini yang tidak mampu mendapatkan makanan?
Mungkin sekarang ini kita sedang berada dalam suatu keadaan dimana hidup kita berkecukupan, makan 3 kali sehari - bahkan 5 kali sehari - bukan menjadi sebuah masalah bagi kita. Namun... betapa banyak orang di luaran sana, yang hanya untuk mendapatkan sesuap nasi saja, harus memperjuangkan detik demi detik untuk bertahan hidup?
Sedangkan kita, yang berada di dalam kesenangan, tidak dapat menyadari hal itu.

Semoga kita semua tercerahkan...

5 comments:

  1. hiks hiks hiks menyedihkan jadi pengen nangis rasanya (tapi ga bisa)wakakakakakka

    ReplyDelete
  2. Yang ini mungkin sangat brtolak belakang dengan selera kita para urbanist, aji mumpung! Meski terbuang percuma pada akhirnya .. Salut buat saudara DIGIKID!

    Sy sdh benahi, bkn DIGIKIDS?

    ReplyDelete
  3. intinya kita tidak boleh menghamburkan2kan makanan karena masih banyak orang yang membutuhkan .

    ReplyDelete

Halooo ^^ Silahkan tinggalkan komentar Anda, untuk yang punya gmail, silahkan pake google account, tersedia juga bagi yg punya openID, kalau cuma nama boleh tulis di Name/Url


Makasih

 

blogger templates | Make Money Online