Pada hari Kamis, 24 Maret 2011 yang lalu, digi terbangun di pagi hari dan merasa kurang enak badan. Digi pun akhirnya memutuskan untuk buang air besar di toilet.
Oh iya, hari-hari sebelumnya, digi sudah mengamati bahwa ternyata kotoran yang digi buang berwarna
hitam, karena digi tidak merasakan adanya perubahan kondisi tubuh (meskipun sudah mengetahui bahwa feses berwarna hitam - namun digi tidak tahu bahwa feses berwarna hitam ternyata mengandung darah pada saat itu), digi pun melanjutkan aktifitas seperti hari-hari biasa.
Hingga pada hari Rabu, digi sudah mulai mengamati denyut nadi digi bertambah kencang, tidak seperti biasanya, tubuh semakin lemas, namun juga tidak digi gubris. Tiba pada hari Kamis tersebut, digi kembali buang air besar berwarna hitam. Namun kali ini berbeda, kali ini, kotorannya dalam bentuk sedikit cairan, menempel pada jamban, dan bau amis. Pada saat tersebut digi masih belum mengetahui bahwa bau tersebut adalah bau amis, digi mengira bau yang ditimbulkan adalah bau jengkol (maklum, pada hari Sabtu yang lalu digi baru saja mengkonsumsi jengkol sebanyak 2 buah), jadi digi tidak menghiraukan bau yang keluar dan menganggap semua itu normal-normal saja, termasuk feses yang berwarna hitam.
---Ternyata memang benar, hati dari orangtua tidak akan pernah berubah sepanjang masa, mengkhawatirkan anak-anaknya.---
Setelah keluar dari toilet, digi langsung menuju ruang tamu, pada saat ini, digi sudah merasa ada yang tidak beres dengan tubuh digi, pandangan menjadi sedikit kabur, tubuh menjadi sedikit lemas, jalan juga sudah tidak karuan, karena sudah tidak bertenaga pada saat tersebut. Digi akhirnya terduduk di atas sofa ruang tamu. Pada saat tersebut juga, pandangan digi seketika menjadi kabur menjadi gelap seketika, digi langsung berpikir, "Celaka, ini sepertinya sudah mau pingsan." Pada saat itu, digi langsung berdoa ,"Ya Tuhann, saya tidak boleh pingsan sekarang." Hebatnya, kesadaran digi memang kembali, namun tubuh digi masih tetap lemah. Digi pun merasa ingin muntah, kontan saja digi beranjak dari sofa dan menuju toilet, dengan sangat pelan.
Sesampainya di toilet, digi langsung terduduk di dudukan toilet, dan dalam waktu kurang dari 5 detik, digi langsung memuntahkan semua yang ada dalam perut digi "Hoeeeekkk" kira-kira begitu bunyinya, sebanyak 2-3 kali, dan warnanya ? hitam semua :)
....
...
...
"Lho? Kenapa kali ini muntahannya berwarna hitam ya?" pikir digi. Digi pun terpikirkan, karena pada malam sebelumnya, pada acara hari kelahiran Dewi Kwan Im, digi mengunjungi vihara yang ada di dekat rumah untuk menghadiri jamuan makan vegetarian. Pada acara tersebut digi mengonsumsi gado-gado, meskipun jumlahnya sedikit.
Sekali lagi digi berpikir "Ah, mungkin saja ini adalah gado-gado yang tadi digi makan, namanya juga muntah, pasti semua yang dimakan tadi dimuntahkan dong. Tidak apa-apalah".
Akhirnya setelah muntah-muntah, digi pun membersihkan lantai toilet bekas muntahan, dan akhirnya keluar dari toilet, bermaksud untuk minum segelas air putih dan melanjutkan tidur digi.
Siapa sangka, ketika digi berjalan keluar, digi bertemu dengan mama yang sudah terduduk di sofa. "Ada apa, kamu muntah ya?" kata mama. "Iya, ma. Gakpapa kok, muntah yang tadi di makan, sekarang udah agak baikan," balas digi. Dan pada kenyataannya digi memang merasa a lot-lot better setelah muntah. Sungguh digi tidak menyangka bisa membangunkan mama yang sedang tidur. Ternyata memang benar, hati dari orangtua tidak akan pernah berubah sepanjang masa, selalu mengkhawatirkan anak-anaknya. Akhirnya digi mengatakan,"Sudah tidak apa-apa kok ma, mama tidur aja, aku juga udah mau tidur. Selamat malam ma.", akhirnya mama pun kembali tidur. Digi pun pergi ke dapur untuk meneguk segelas minuman dan kembali melanjutkan tidur digi.
---Saat berada di kantin, teman-teman sudah mengatakan wajah digi pucat, bibir digi juga putih, tanda-tanda kurang darah yang saat itu tidak digi sadari.---
Pada keesokan harinya, digi sudah mulai merasa sangat tidak normal, ditandai dengan bertambah cepatnya denyut nadi digi, sangat-sangat cepat, terutama ketika digi melakukan aktifitas berjalan dan berpindah tempat. Selain itu digi juga merasa tubuh digi sangat tidak bersemangat, lesu.
Setelah selesai mandi dan beribadah, digi pun akhirnya menemui adik digi yang sedang duduk santai di sofa, menanyakan "Sebenarnya koko demam gak sih?".. Adik digi melihat sekilas kepada digi, mengambil tangannya dan meletakkannya ke kepala digi, mengamati sebentar dan mengatakan dengan nada sedikit mengejek "Tidak demam kok."
Digi hanya tertawa kecil, lalu setelah mengkonsumsi sedikit sarapan, digi pun akhirnya bersiap-siap untuk pergi ke kampus.
Sesampainya di kampus, digi pun langsung menuju ruangan kelas. Pada saat itu dosen belum datang. Untunglah, karena dosennya tergolong baik, jadi digi tidak sanggup hati bila harus telat pada pelajaran dosen tersebut. Pada saat perjalanan menuju ruangan kelas pun digi sudah merasakan detak jantung digi bergerak sangat cepat. Dan digi sangat tidak bersemangat. Digi pun duduk dan hanya berdiam diri. Unluckily, orang di samping digi terus mengajak digi berbicara. Terpaksa hanya digi ladeni dengan beberapa patah kata. Selanjutnya, kegiatan yang terjadi selama pelajaran ini tidaklah begitu signifikan, hanya belajar dan belajar, hingga akhirnya dosennya keluar, digi pun menyempatkan waktu nongkrong di kantin, untuk menghabiskan waktu. Pada saat berada di kantin, teman-teman sudah mengatakan wajah digi pucat, bibir digi juga putih, tanda-tanda kurang darah yang saat itu tidak digi sadari. Digi tidak menggubris perkataan teman digi, dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke Wisma USU dengan teman digi untuk berkunjung ke tempat dosen Cina berada. Pada saat ini jam sudah menunjukkan pukul 09.30.
---pada saat ini jugalah, digi menyadari, kondisi digi sudah masuk tingkat kritis dan tidak main-main lagi---
Maksud kedatangan digi adalah untuk membeli tiket ke Bali. Karena dosen Cina mengatakan sangat ingin berkunjung ke Bali, dan kebetulan salah satu perusahaan penerbangan juga sedang melakukan promosi gencar-gencaran, akhirnya digi dan teman cowo digi memutuskan untuk menemani kedua dosen wanita yang berasal dari daerah HuNan tersebut.
Dalam proses membeli tiket, digi semakin merasa tidak enak badan, digi merasa sudah tidak sanggup untuk melanjutkan aktifitas belajar pada pukul 11.40 nanti. Akhirnya sekitar jam 10.40, digi menelepon kepada mama digi, meminta izin kepada mama untuk bisa pergi ke Bali, confirm harga tiket dan jadwal kepergian. Setelah mama setuju, digi mengakhiri percakapan di telepon dengan "Ma, nanti jam 3 kita ke dokter aja ya. Aku udah nggak enak badan banget." Dan mama pun mengatakan "OK."
Waktu berjalan, akhirnya dalam kurun waktu kurang lebih satu setengah jam , digi berhasil menyelesaikan pembelian tiket Medan-Bandung-Bali-Bandung-Medan. Digi merasa sedikit lega. Pada saat ini kondisi digi juga sudah benar-benar drop, digi hanya bisa tertidur di kamar saja, memikirkan apa yang akan terjadi nanti. Tidak lama kemudian, digi merasakan rasa mulas pada perut digi. Digi pun memutuskan untuk menggunakan toilet yang ada di Wisma dosen tersebut. Baru pada saat inilah, digi menyadari bahwa ternyata kotoran yang digi keluarkan adalah darah, pada saat ini jugalah, digi menyadari, kondisi digi sudah masuk tingkat kritis dan tidak main-main lagi. Akhirnya setelah menunggu kepulangan dosen ke wisma, digi pun pamit pulang ke rumah. Hebatnya pada saat ini, digi masih bisa membawa motor, haha. Meskipun dalam perjalanan, digi terus berdoa "Ya Tuhan saya harus sampai di rumah dengan motor ini. Selamatkanlah aku dalam perjalanan." Terus dan terus berdoa sepanjang perjalanan :)
-- Hingga akhirnya digi berhasil meyakinkan papa, mengatakan dengan suara yang sangat pelan "Tidak apa-apa pa, air matanya keluar sendiri." ---
Sesampainya di rumah, digi langsung menuju rumah. Digi melihat papa digi sedang berada di belakang rumah berbincang dengan tetangga. Karena kondisi digi yang benar-benar sudah critical down pada saat itu, digi tidak menyapa papa digi dan langsung menuju ke lantai 2. Sesampainya di lantai 2 digi langsung beristirahat. Pada saat inilah digi merasakan jantung digi berdebar begitu kerasnya sehingga digi benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Tiba-tiba, papa digi menyahut-nyahut digi dari belakang. Digi pun tidak menggubris panggilan papa karena sudah tidak sanggup lagi. Parahnya, semakin tidak digubris, sahutan papa digi semakin kuat. Sehingga akhirnya digi hanya bisa menyahut kecil sambil keluar terduduk di tangga.
Mungkin pada saat ini papa digi merasa aneh kenapa tidak ada yang menyahut, sehingga memutuskan untuk mengintip apa yang terjadi kepada anak laki-lakinya. Pada saat papa melihat digi terduduk di tangga, papa langsung dengan segera menuju ke atas dan menanyakan dengan nada khawatir "Ada apa nak? Apa yang terjadi? Kamu tidak apa-apa kan?" Namun karena keadaan digi yang sudah tidak memungkinkan saat itu, digi tidak bisa melaukkan apa-apa, bahkan menyahut sekalipun. Hingga akhirnya digi meneteskan air mata, dan ini semakin mengejutkan papa, papa pun langsung memapah digi masuk ke kamar tidur dan membaringkan digi disana. Di kamar tidur pun digi masih belum bisa menyahut, hanya bisa terus menangis dan menangis (digi ngga tahu kenapa bisa menangis ya, yang pasti kondisi saat itu benar-benar udah ngga memungkinkan untuk bicara).
Papa digi masih dengan sangat khawatir menanyakan "Benar tidak apa-apa? Kecelakaan ya nak? Atau kenapa?" Hingga akhirnya digi berhasil meyakinkan papa, mengatakan dengan suara yang sangat pelan "Tidak apa-apa pa, air matanya keluar sendiri." -.-" agak aneh memang kedengarannya, tapi memang itulah kenyataannya. Well. akhirnya digi pun berhasil untuk menghentikan air mata yang keluar, haha. Dan beristirahat sejenak. Kemudian mama digi pun pulang dan menanyakan kondisi yang sejelas-jelasnya kepada digi.
Pada saat ini, air mata digi kembali mengalir sendiri, tanpa dikomando, seakan air mancur yang rusak tombol on-off nya.
Akhirnya dengan perkataan yang sama, digi berhasil meyakinkan mama bahwa digi tidak apa-apa, digi hanya merasakan denyut jantung digi yang berdetak dengan sangat cepat dan digi mengatakan ingin segera pergi ke dokter untuk mengecek apa yang terjadi.
-To be continued part 2-
lg sakit y?? o.O" sakit apa? cpt smbuh y ><"
ReplyDelete-kim-
iya kat, kemaren masuk rumah sakit, luka lambung sih kata dokternya, tapi dokternya gak kasih tau penyebabnya ^^ udah sembuh kok kat. makasih ya.
ReplyDeletemaaf lama balas, kemaren sempat gak bisa post comment ^^