Varices (Varises) itu kan pelebaran pembuluh darah vena, biasanya di sekitar belakang kaki, ataupun pada daerah vagina atau anus. Varices disebabkan karena ketidaklancaran aliran darah pada pembuluh darah vena, sehingga menyebabkan penggelembungan pembuluh darah.
Kadang-kadang bisa terasa nyeri dan kebal di kaki, terutama ketika berdiri. Juga bisa terjadi pembengkakan pada kaki, tumit, dan kulit disekitar varises sehingga terlihat bertambah gelap.
Penyebabnya kemungkinan:
-faktor keturunan.
-peningkatan tekanan darah pada pembuluh balik, bisa jadi karena kehamilan, persalinan, mengejan, atau sering mengangkat beban dengan beban yang berat.
-kelainan sejak lahir dari klep vena, sehingga gagal mencegah aliran balik darah.
-duduk atau berdiri pada kondisi yang terlalu lama.
-memakai sepatu hak tinggi sehingga otot yang berfungsi untuk membantu peredaran pembuluh darah menjadi tidak lancar
Pencegahannya :
-hindari duduk atau berdiri terlalu lama tanpa gerakan. Kalau berdiri, usahakan untuk menggerakkan jari-jari kaki.
-Jangan sering mengejan pada saat buang air besar.
-Istirahatlah dengan posisi kaki lebih tinggi.
-Pakailah stocking (bagi wanita) ketika keluar rumah, untuk mengencangkan bagian kaki Anda, namun jangan memakai pakaian yang terlalu ketat.
Untuk membantu penyembuhan varices dengan produk kesehatan, Anda boleh menghubungi 081933241693
085375662223
Monday, December 12, 2011
Kenali Gangguan pada kaki Anda : VARICES!
Waspadai Buang Air Besar Anda!
Monday, July 25, 2011
Thien She Pan 2011 (ii)
Anak Medan yang masih sakit itu pun kemudian diistirahatkan. Sembari kami latihan bernyanyi bersama :) Latihannya cukup untuk membuat orang lain memberikan kritik-kritik membangun, dan alhasilnya, pada hari keempat lomba paduan suara, tim padus kami tetap saja jelek :(
Perlu lebih banyak dukungan dan perbaikan diri deh.
Setelah itu, kami semua pun lalu kembali ke kamar masing-masing.
Saat itu beberapa digi melihat beberapa dari peserta digi sedang asik mendengarkan cerita dari seorang penceramah (kebetulan asal Medan juga). Tampaknya kumpulan peserta-peserta yang tidak mengikuti latihan padus dari vihara masing-masing cukup menikmati perkenalan mereka terhadap teman-teman antar kelompok :)
Lalu digi pun kemudian meminta kunci kamar dari penceramah (karena dia adalah kepala fasilitator digi) untuk kemudian masuk ke kamar dan mandi. Suasana di daerah kamar sih sejujurnya agak sedikit menyeramkan. Tapi digi tidak bawa takut deh, karena sebetulnya semakin kita berpikiran yang ngga-ngga, ketakutan itu akan semakin nyata. Dalam bahasa Mandarin dikatakan 魔由心生. Iblis berasal dari hati. Jadi digi bawa santai aja (meskipun jujur agak sedikit takut) sewaktu mandi. Hingga akhirnya setelah digi selesai mandi, peserta-peserta yang lain sudah duluan ketuk-ketuk pintu. Ternyata mereka sudah selesai sesi perkenalan dan disuruh untuk kembali ke kamar masing-masing.
Sekarang sampailah kepada tugas digi yang sebenarnya untuk mengingat nama-nama dari peserta digi. Memang pada awalnya lebih sulit, tapi setelah beberapa saat, digi pun sudah lumayan bisa mengingat. Kemudian digi menganjurkan teman-teman yang lain untuk saling berkenalan. Tidak lama kemudian, teman-teman yang mengikuti latihan padus pun pulang. Digi menganjurkan mereka untuk mandi, dan kemudian memulai kembali sesi perkenaalan yang tadinya tertunda.
Sesi perkenalan yang dibawa meliputi:
-Nama
-berasal dari daerah mana
-kapan memohon jalan Ketuhanan
-harapan untuk kelompok ini
ada yang menambahkan cita-cita, ada juga yang menambahkan status ^^
Jujur saja di sesi perkenalan ini digi merasa anak-anak Batam sangat friendly sekali dan sangat kompak. Hanya saja digi sendiri yang kurang bisa mendekatkan diri dengan mereka :(
Malam pertama kami tutup dengan doa yang dipimpin oleh digi sendiri.
Jujur saja karena jarang sekali membawa doa (dan berdoa), untuk berdoa dan mendekatkan diri rasanya sangat kaku, apalagi doa dibawakan dalam bahasa indonesia ^^
Doa berakhir, dan digi mengajak teman-teman untuk sama-sama agar tidak bangun terlalu pagi, karena udara pagi hari sangat dingin dan bisa mengganggu teman-teman yang lain. digi mengajak teman-teman yang ingin membunyikan alarm agar mensettingnya pada pukul 05.30. Ini adalah komitmen kelompok kita bersama ^^
Akhirnya kita juga tiduurrr
Selamat malam~ Selamat tinggal hari pertama~
Hari kedua~
Seperti yang diamandatkan oleh fasilitator kelompok 10, teman-teman menyetting alarm tidak lebih cepat dari jam 05.30, dan ternyata teman-teman memegang komitmen tersebut. KECUALI SATU ORANG. Nah, satu orang ini yang susah, ini kebetulan juga teman fasilitator digi sewaktu di PPJ tahun 2010 kemarin di Medan, asalnya dari kota Brahrang, terletak kurang lebih 1jam perjalanan dari Medan jauhnya. Bicara soal anak yang berinisial F ini, memang agak susah, karena digi juga sudah paham benar sifatnya, sok cantik, yaaa kira-kira itu kata yang cocok untuk diberikan kepadanya.
F ini gak akan tahan kalau seharian gak mandi. "Badan lengket" katanya.
Kembali lagi ke pagi hari, F menyetel alarm pada pukul 05.00, hanya untuk mandi. Nah, kebiasaan buruk lainnya, dia nggak akan pernah bisa mendengar alarmnya sendiri, kecuali dibangunin oleh orang disampingnya, "Heiii F, alarmmu bunyi tuh." Sampai di saat inilah baru dia dengan mata merem mencari-cari BB nya dan mematikan alarmnya.
Setelah melewati tahap demikian, tentu saja, digi terbangun jam 05.00 tadi dan tidak bisa tidur lagi. Akhirnya digi hanya melihat-lihat sekeliling saja, berusaha untuk merem, dan kembali untuk bangun pada jam 05.30. Pada saat ini, yang terbangun hanyalah seorang, yaitu Ko Wendy yang berasal dari Bandung, akhirnya digi mengajak dia untuk gosok gigi dan cuci muka duluan. Untuk teman-teman yang lain, rasanya digi tidak tega untuk membangunkan tidur mereka yang begitu nyenyak.
Sampai pada jam tangan menunjukkan 05.45. Digi baru membangunkan teman-teman yang lain, nahh, disini juga timbul satu masalah. Si F ini kebiasaan bangun siang, jadi tidak bisa dibangunin cepat ^^. Untung saja si F cocok dengan digi, digi sendiri juga cocok dengan si F, sehingga tidak ada kesan sebal dalam membangunkan si F.
Ada lagi seorang yang bernama Ahuat yang berasal dari Batam. Anak ini sangat imut, mungkin karena perawakannya kecil, anak ini selalu menjadi yang terakhir bangun dalam kelompok kami, meskipun sudah dibangunkan berapa kali juga, selalu bangun di atas jam 06.00.
Akhirnya digi hanya bisa bersabar :)
Kembali lagi ke pagi tadi, si F kemudian pun masuk ke toilet dan mandi, tidak tanggung-tanggung, sekali masuk ke toilet, mandinya 15 menit. Bagaimana tidak, langsung saja diprotes oleh teman-teman yang baru bangun dan belum sikat gigi dan cuci muka, sementara mereka sendiri sudah dikejar-kejar oleh digi yang menyatakan bahwa jam 06.30 kita sudah harus berkumpul di lapangan untuk melakukan morex morning exercise.
Akhirnya kami pun terpisah menjadi 2 kelompok untuk melakukan morex, kelompok yang sudah lebih dulu siap, berangkat duluan ke lapangan besar, sedangkan digi bersama dengan teman-teman yang belum siap, dan hanya tersisa 3 orang, F dan kawan-kawan (benar-benar kawan sejati ya) =.="
Akhirnya kami pun sampai ke lapangan hampir telat, tapi untung saja morex belum dimulai :)
singkat cerita morex selesai, dan kami pun kembali ke kamar masing-masing untuk mengganti pakaian dan menuju vihara pusat untuk menyantap sarapan dan mengikuti upacara sien kong persembahan buah-buahan dan khou thou sembah sujud.
Lalu acarapun dilanjutkan dengan menyanyi dan beberapa topik sebelum makan siang.
Kembali lagi, para fasilitator diminta untuk berkumpul pada topik kedua untuk mengadakan rapat dan evaluasi selama 1 hari penuh, masalah apa-apa saja yang dihadapi oleh para fasilitator dengan para peserta. Tampaknya tahun ini peserta cukup "baik" sehingga hanya sedikit fasilitator yang mengemukakan keluhan, kalau adapun, paling hanya berhubungan dengan waktu tidur, dan masalah paling serius di setiap vihara, memegang HP sewaktu mendengarkan ceramah :).
Dalam rapat fasilitator digi juga belajar tentang banyak sekali hal, banyak sekali pembawaan yang baru dalam membuka rapat, yang bisa dijadikan panduan ke depannya.
Singkat cerita rapat telah selesai, dan kami pun kembali ke atas untuk mengikuti topik-topik selanjutnya, makan siang, kemudian masuk ke acara gerak dan lagu. gerak dan lagu pada siang ini dipimpin oleh teman-teman pendahulu yang berasal dari Taiwan. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, gerak dan lagu yang dipimpin oleh mereka selalu menjadi semangat bagi para peserta, karena gerakan yang dibawa cukup unik, mudah untuk diikuti, dan yang terpenting adalah lucu.
Setelah gerak dan lagu selesai dan para peserta kembali duduk di tempat masing-masing, tampak banyak sekali peserta yang mengipas-ngipas diri sendiri dengan menggunakan buku catatan. Dari sini digi bisa melihat bahwa teman-teman Taiwan sungguh luar biasa. Bahkan di daerah Puncak yang sejuk, mereka sanggup memanaskan hawa yang berada di ruangan tersebut!
Setelah para peserta sudah semangat, kita semua lalu menenangkan hati dengan menyanyikan lagu suci. Setelah menyanyikan lagu suci dilanjutkan lagi dengan sbuah topik, topik terakhir pada hari tersebut. Setelah topik terakhir siap, kita semua pun kembali beristirahat. Jam dinding sudah menunjukkan kurang lebih pukul 15.00.
Setelah istirahat selama kurang lebih 10 menit, digi memutuskan untuk kembali ke aula utama, karena digi tau, sebentar lagi pasti Para Buddha akan meminjam raga, biasanya Para Buddha akan meminjam raga pada jam segini. Ternyata benar, tidak lama kemudian, datanglah TriDuta ke aula utama :)
Ternyata memang para Buddha sudah meminjam raga TriDuta untuk memberikan nasehat kepada kita. Yang datang kali ini adalah Guru Suci kita, Buddha yang memegang mandat pelintasan umum 3 alam, Guru Hidup CiKung, dan yang 1 lagi adalah Thai Ce She Siong, atau yang lebih umum dikenal sebagai Na Cha.
Ketika Laoshe (Guru) datang, tampak semua Pandita tersenyum. Dari sini terlihat bahwa Laoshe memang mempunyai jodoh dengan murid-muridnya. Bahkan digi sendiri juga merasa sangat senang bisa berkumpul kembali dengan Sang Guru.
Laose dan Thai Ce She Siong banyak memberikan wejangan dan nasehat untuk kita para murid-muridnya. LaoShe juga kemudian memanggil beberapa dari pendahulu untuk diberikan nasehat khusus.
Kemudian pada pukul 19.00. LaoShe membimbing kita semua untuk mengadakan doa bersama.
Digi agak terkejut karena baru pertama kali digi mengikuti doa bersama, yang dipimpin oleh tidak lain tidak bukan adalah Sang Guru Penerang!
Dalam membawakan doa dan perenungan, LaoShe sangat serius! Sama sekali tidak terlihat ke'gila'an LaoSe seperti biasanya.
Laose juga berpesan agar kita semua lebih banyak melakukan hal yang baik, agar bencana bisa terhindar dari negara Indonesia ini.
Dibawah pimpinan Laose, semua peserta, pengabdi, dan juga para pandita bersama-sama menyanyikan sebuah lagu "ChiTao" yang berarti "Doa" sebanyak 21 bait.
Dalam menyanyikan lagu ini LaoShe berulang-ulang berpesan kepada kita murid-muridNya agar tidak memikirkan hal-hal yang lain dan terfokus untuk berdoa kepada LaoMu Yang Maha Kuasa untuk memohon agar dunia dan Indonesia pada khususnya bisa terhindar dari bencana.
Terakhir, LaoShe mengatakan kepada kita untuk tetap menjaga kejernihan pikiran dan tidak memikirkan hal-hal yang lain selama menyanyikan lagu ChiTao untuk yang kedua kalinya.
Wednesday, July 13, 2011
Thien She Pan 2011
Gak terasa sekarang udah berada di Medan lagi. Padahal jika diingat kembali, bayangan ibukota Jakarta itu masih serasa seperti kemarin.Yap. Digi sekarang sudah kembali dari Jakarta tiba di Medan, meninggalkan segudang kenangan yang tak akan terlupakan dalam hidup digi, meninggalkan sejumlah orang yang akan sangat-sangat digi rindukan untuk kurun waktu 1 tahun ke depan. Benar-benar sebuah perjalanan yang letih, menguras tenaga, tetapi kenangan yang datang tidak akan pernah mampu digantikan dengan kenangan yang lain....
Digi tiba di Jakarta pada tanggal 5 Juli 2011, bertepatan dengan hari Selasa. Setelah kami menginjakkan kaki di bandara Soekarno Hatta, waktu juga sudah menunjukkan pukul 22.00. Untung saja sudah ada orang vihara yang sudah siap menjemput kami (syukurlah, meskipun di satu sisi digi merasa kurang enak karena harus membuat orang vihara menunggu sampai satu jam lamanya). Akhirnya digi langsung berangkat untuk nginap di Vihara.
Begitu sampai di vihara, digi langsung melapor kepada Pandita, dan.. yang benar aja, langsung mendengar ada anak Medan (yang berangkat lebih dulu tadi pagi) sakit demam. Langsung bergegas ke atas dan memberikan obat dan air hangat kepadanya. Karena melihat keadaan kamar yang tidak memungkinkan untuk ditempati, digi pun memutuskan untuk tidur di aula besar bersama dengan teman-teman Jakarta lainnya yang sudah tertidur pulas, teman digi pada saat itu adalah Michael, setelah berbincang-bincang selama 1 jam. akhirnya Michael pun tertidur. Tersisalah digi sendiri yang tidak bisa tidur ntah kenapa selama pagi itu....
Sampai kepada hari kedua, ini lah hari dimana kita akan berangkat ke Puncak untuk mengikuti kelas Malaikat keesokan harinya. Pada saat pagi hari digi bangun untuk mengecek yang demam, ternyata demamnya belum mereda. Sehingga dia terpaksa diistirahatkan dalam segala persiapan kegiatan untuk kelas Malaikat nanti. Apa boleh buat, akhirnya kita juga disibukkan dengan latihan paduan suara dan latihan berbaris. Sampai akhirnya kita bersiap-siap untuk makan siang dan akhirnya berangkat ke Puncak (tentu saja tidak meninggalkan anak Medan yang sakit tadi). Setelah sampai di Puncak, ternyata sudah jam 16.00. Kami pun akhirnya diajak oleh panitian kelas Malaikat untuk menuju ke villa dimana kami menginap untuk beristirahat sejenak.
Setelah melepaskan bagasi masing-masing, kami akhirnya bengong, tidak tahu mau ngapain. Beberapa anak mengambil inisiatif untuk menuju ke lapangan depan untuk bermain bola basket, sampai akhirnya beberapa anak dari vihara lain juga ikut bergabung. Setelah melewati permainan beberapa ronde dengan kekalahan vihara digi (anak vihara lain kuat-kuat), akhirnya kami dikoordinasikan untuk menyantap makan malam di vihara, pada waktu ini, anak Medan juga masih demam :(. Akhirnya kami yang bertugas sebagai fasilitator (dari vihara kita ada 2 orang) pun mulai membantu panitia dengan berbagai kesibukan. Sampai akhirnya jam 18.00 kami kembali ke penginapan untuk mandi, dan bersiap-siap untuk berganti pakaian untuk menghadiri rapat fasilitator, dan kemudian che pei khou (proses permohonan kepada Yang Maha Kuasa agar kegiatan besok dapat berjalan dengan lancar). Sewaktu proses Che Pei Khou inilah dapat terlihat kebesaran dari Yang Maha Kuasa, serta Ikrar Besar dari Bapak Guru dan Ibu Guru Agung, remaja yang berkumpul dari seluruh Indonesia hampir berjumlah 700 orang banyaknya. Semuanya berlutut di depan YMK untuk memohon kelancaran kelas besok.Setelah proses Che Pei Khou, para fasilitator pun akhirnya rapat sekali lagi untuk memperjelas tugas dari fasilitator sendiri.
Get into Thien She Pan Day 1!Pagi hari kita bangun jam 5.30. Lalu dilanjutkan dengan sikat gigi dan cuci muka, hari ini hampir semua anak-anak mengikuti kegiatan Morex (Morning Exercise) yang diadakan pada jam 6.30 pagi. Lalu kita dipandu untukkembali ke tempat penginapan untuk berganti seragam kebesaran pancaran putih yaitu seragam putih dan celana hitam. Setelahnya, anak-anak menuju ke vihara pusat untuk makan pagi. Di saat makan pagi inilah terlihat semua anak-anak dari seluruh Indonesia dengan pakaian yang paling rapi. Setelah menyantap makan siang, kita pun diarahkan untuk menuju aula utama untuk melantunkan paritta dan bersiap-siap untuk mengikuti upacara persembahan buah-buah kepada YMK dan Para Buddha Suci lainnya.Kesan pertama yang didapatkan dari mengikuti persembahan buah-buahan adalah sangat khidmat sekali.
OOOoooohh.. akhirnya setelah dijelaskan oleh pembawa acara, saya jadi mengerti, ternyata sembari di aula utama diadakan kelas Malaikat, di aula sebelah juga diadakan 3 hari sidang dharma pada waktu yang sama, yang pesertanya merupakan orang-orang yang datang dari Daratan Tiongkok. Jumlah pesertanya saya lihat lebih kurang 15 orang. Mereka datang jauh-jauh dari Negeri Bambu untuk mengikuti 3 hari sidang dharma dengan suasana kelas malaikat yang diikuti oleh ratusan orang! Sungguh sebuah gabungan kelas yang sangat luar biasa! Lalu peserta wanita dan pria pun bersama-sama melakukan puja bhakti kepada YMK dan para Buddha Suci. Setelahnya, kita menyanyikan lagu suci dan mendengar sebuah topik makna pembukaan kelas dari Liu TCS.
Kali ini yang datang adalah Ciao Hua Phu Sa (Yun You Ku Niang : Dewi dari alam dewi yang dilintasi pertama kali sejak masa pelintasan tiga alam) dan He Ta Sien (He Sien Ku : satu-satunya wanita yang berhasil membina diri yang masuk ke dalam gabungan 8 dewa) memberi wejangan kepada pandita dan juga para peserta dalam proses menjalani kehidupan dan membina diri.2 Buddha datang selama 2.5 jam lamanya, dan akhirnya kembali ke alam surga. Sekarang sudah menunjukkan kurang lebih pukul 16.00, kita pun siap untuk melanjutkan topik terakhir pada hari pertama ini. Pada saat ini tentu saja saya sudah mengetahui anggota di barisan 10. Awalnya saya cukup senang karena ada 3 orang yang saya kenal (kebetulan berasal dari daerah Medan juga, tapi dari vihara yang berbeda.), sisanya ternyata adalah teman-teman yang berasal dari Batam dan 1 lagi berasal dari daerah Bandung.
Ketika malam tiba, kami yang sudah kembali ke villa masing-masing dengan kelompoknya sendiri, dipandu untuk latihan paduan suara, otomatis digi juga latihan paduan suara. Setelah selesai, kami kembali pulang dan bersiap-siap untuk istirahat. Tentu saja kami tidak lupa untuk mandi, dan sharing dengan teman-teman tentang pengalaman di vihara masing-masing. Dan hari pertama, kita tutup dengan doa, berdoa kepada Tuhan, kepada Guru Agung CiKong, untuk selalu menjadi sandaran bagi kami murid-muridNya di dalam melewati kehidupan pembinaan diri ini.
Wednesday, March 30, 2011
Horee!~~ Digi masuk rumah sakit~ part 2
Pada saat ini, air mata digi kembali mengalir sendiri, tanpa dikomando, seakan air mancur yang rusak tombol on-off nya.
Akhirnya dengan perkataan yang sama, digi berhasil meyakinkan mama bahwa digi tidak apa-apa, digi hanya merasakan denyut jantung digi yang berdetak dengan sangat cepat dan digi mengatakan ingin segera pergi ke dokter untuk mengecek apa yang terjadi.
Selamat datang kembali. Mari kita lanjutkan cerita digi.
Kali ini, mama digi yang tadinya pergi sekarang telah pulang, dan menanyakan kepada digi kondisi digi bagaimana. Terang saja digi sangat senang, namun demikian, karena kondisi digi yang masih belum pulih (detak jantung yang cepat), digi masih belum bisa mengucapkan kata-kata. Saat mama pulang, waktu menunjukkan sekitar pukul 12.30 siang. Digi hanya bisa tertidur, sembari menunggu jam 3, karena dokternya buka praktek jam 3 :) Dokter ini adalah dokter pribadi keluarga digi sejak kecil, semua data kesehatan digi terekam di klinik dokter ini :) Kebetulan suku dokter sama dengan suku papa digi, suku HengHua, yang membuat kami semakin dekat. Meskipun dokter ini tidak terlalu pintar, namun enak diajak berkonsultasi dan mempunyai pengalaman yang banyak. Well, tidak semua dokter harus pintar untuk bisa mengobati kita. Kadang dokter yang pintar pun bisa membunuh pasiennya hanya dengan pernyataan yang pahit :(
Setelah jam 3, digi pun turun ke lantai bawah dan masuk ke dalam mobil. Tepat pada saat ini, nenek digi pulang dari rumah sakit. Nenek digi terkena serangan ginjal sehingga harus menjalani proses pencucian darah 3 kali selama seminggu, yang kebetulan bertepatan dengan hari tersebut, hari Kamis.
Biasanya setelah menjalani proses cuci darah, kondisi nenek digi sungguh lemah, bahkan tidak bisa turun dari mobil dan berlama-lamaan untuk berbicara. Biasa kepala beliau akan terasa pusing, bahkan untuk beberapa kasus yang ekstrim muntah-muntah selama perjalanan pulang. Namun pada hari tersebut, ketika nenek digi mendengar kondisi digi yang seperti ini, langsung turun dan melihat digi yang berada di dalam mobil. Begitu melihat muka digi yang begitu pucat, nenek digi langsung mengatakan,"Kok pucat sekali? Ada apa?"
Mengingat keadaan nenek yang biasa tidak stabil, sekarang masih bisa turun untuk mengkhawatirkan kondisi digi, membuat digi sangat terharu. Memang kasih sayang orang tua kepada anak cucunya tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.
Digi akhirnya hanya bisa terdiam dan meneteskan air mata, sambil mengatakan dengan pelan,"Tidak apa-apa kok nek, tidak apa-apa."
Selanjutnya, digi sudah tidak bisa mengingat pesan yang diamanatkan oleh nenek, digi hanya bisa mengingat nenek yang sudah naik ke atas mobil dan digi pun akhirnya berangkat ke klinik dokter. Digi juga tidak mengingat berapa lama perjalanan menuju kesana, rasanya semua terasa cepat sekali sehingga digi sampai di klinik dokter yang berlokasi tidak jauh dari tempat tinggal digi tersebut.
Sesampainya di klinik, digi pun langsung mendaftarkan diri. Suster pun melakukan administrasi seperti biasa, cek tinggi dan berat badan. Akhirnya digi duduk beristirahat sambil menunggu giliran. Tidak lama memang, atau mungkin segalanya berjalan begitu cepat, hingga akhirnya nama digi dipanggil.
Begitu memasuki ruangan dokter, digi duduk dan mama digi langsung menjelaskan keadaan digi kepada dokter, kotoran yang berwarna hitam, pusing-pusing.
Dokter pun memeriksa bagian bawah mata digi (untuk melihat apakah ada darah atau tidak). Mungkin dokter menemukan ada yang tidak beres, dokter terkejut dan menanyakan, "Kenapa bisa begini?" "Ada muntah?" Digi spontan menjawab, "Ada, muntahannya berwarna hitam. Itu karena semalam aku makan gado-gado dok." Dokter pun terkejut dan menyuruh digi untuk berbaring di atas tempat tidur. Proses selanjutnya adalah dokter mengecek anus digi, dan ternyata menemukan terdapat banyak sekali darah yang terkumpul.
Dengan demikian diagnosa dokter ditegakkan, penyakit yang digi derita adalah LUKA LAMBUNG. Hore~~ (kok jadi senang ya?)
Mama kemudian bertanya kepada dokter,"Lalu bagaimana dok? Apakah perlu rawat inap di rumah sakit?"
Selanjutnya dokter pun mengeluarkan resep obat dan mengatakan,"Kontrol kotorannya, jika dalam 2 hari masih tetap berwarna hitam atau mengeluarkan darah, siap-siap untuk masuk rumah sakit." diikuti dengan instruksi penggunaan obat yang diberikan.
Digi pun akhirnya mengucapkan terima kasih dan akhirnya pamit kepada dokter. Sebelum digi pulang, dokter berpesan kepada digi,"Ingat, masalah lambung harus mengontrol makanan, untuk sementara ini jangan makan yang keras-keras dan yang panas-panas."
Mendengar tidak boleh makan yang panas-panas, digi pun bertanya,"Kalau es krim boleh dok?"
Dokter mengatakan,"Boleh."
Digi pun kegirangan, mungkin saja pada saat ini mama digi menggeleng-gelengkan kepalanya :P
Akhhirnya digi pun naik ke mobil dan bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Bahkan pada saat ini digi mengatakan digi ingin menyetir, mengingat keadaan kaki mama yang belum sembuh total, berjalan pun masih menggunakan tongkat. Mama langsung marah dan berkata seketika,"Kamu sudah sakit! Duduk saja di samping!" Namun digi menolak dan mengatakan ingin duduk di belakang, dengan alasan lebih nyaman, karena tempat duduk di depan lebih sempit. Meskipun hal ini sangat tidak mengenakkan, karena dengan posisi duduk seperti ini mama terlihat sebagai seorang supir, tapi apa boleh buat, karena kondisi tubuh digi saat itu memang sangat tidak memadai.
Dalam perjalanan pulang, sekali lagi, segalanya berjalan dengan sangat cepat. Di dalam mobil digi juga langsung mengkonsumsi obat yang diberikan dokter. Namun sesuatu hal yang sangat mengerikan kembali terjadi. Beberapa meter sebelum sampai di rumah, digi mengatakan kepada mama perut digi merasa tidak enak, seperti mau muntah saja rasanya. Kontan digi mengambil kantong plastik yang ada di depan digi, dan langsung memuntahkan kembali semua yang ada di perut digi. Sekali lagi, warna muntahan digi adalah hitam, dan kali ini, saking dekatnya dengan hidung digi, digi sekilas mencium bau yang sama dengan bau yang ada di toilet tadi pagi, bau amis. Kali ini lebih bau dan lebih jelas. Digi berusaha mengangkat hidung digi agar tidak tercium bau menyengat tersebut. Namun apa boleh buat, karena reaksi digi yang lambat dan bau yang menyengat tersebut, digi kembali memuntahkan isi perut digi untuk yang kedua kalinya, dengan warna yang sama, warna hitam, dan bau yang lebih menyengat lagi.
Dengan begini, digi sudah memuntahkan cairan (yang sebenarnya adalah darah) sebanyak setengah ukuran plastik. Pada saat digi tiba di rumah, digi pun memutuskan untuk membuang kantong plastik tersebut di depan rumah digi.
Darah muntahan digi pun tertumpah ke jalan raya, pemandangan ini membuat digi sedikit merinding pada saat itu. Anehnya, adik digi juga melihat pemandangan ini dan merasa biasa-biasa saja. Karena pada saat itu hujan gerimis, sehingga digi pun langsung masuk ke dalam rumah dan beristirahat.
Dokter tersebut mengatakan,"Lebih baik besok di cek HB (Hemoglobin)nya di klinik terdekat, kalau HB nya dibawah 10, harus dimasukkan ke rumah sakit."
Dengar-dengar pada saat ini telapak kaki digi sudah berwarna putih total. Hingga pada saat malam hari digi pun mengonsumsi obat dan akhirnya tidur dan tidak tahu menahu kejadian yang terjadi selanjutnya.
Hari esoknya setelah bangun, digi masih merasakan sekujur tubuh lemas, tidak bersemangat, dan jantung berdebar dengan keras, sindrom yang sama dengan kemarin - dengan kata lain - kondisi digi sama sekali tidak membaik. Akhirnya mama digi melakukan seperti yang diminta oleh adik nenek digi, yaitu mengecek Hemoglobin di klinik yang bisa dibilang lumayan dekat. Setelah mengecek Hemoglobin, mama mengira hasilnya bisa keluar langsung, ternyata harus menunggu 1 jam kemudian. Wah. Mama papa dan digi kelabakan, Kok bisa 1 jam ya? Katanya sih langsung. Yaa. apa boleh buat, akhirnya kami pun memutuskan untuk kembali pulang ke rumah untuk beristirahat, setidaknya itu lebih baik daripada duduk menunggu di dalam klinik - mengingat keadaan digi seperti ini.
Akhirnya digi kembali beristirahat di rumah.
1 jam pun berlalu, dan papa membawa pulang hasil tes darah tersebut. Alangkah terkejutnya ketika mengetahui bahwa Hemoglobin digi hanya berjumlah 8,8. Sementara kadar normalnya 13 sampai 16 (ada juga yang mengatakan 12 sudah cukup, ada yang mengatakan 14). Apapun itu, kadar hemoglobin dalam darah digi sudah termasuk rendah.
Mama akhirnya memutuskan untuk menghubungi adik nenek digi, dan akhirnya memutuskan,"Ya sudah, masuk rumah sakit aja."
Kalau mau dideskripsikan kondisi digi saat itu, hanya biasa-biasa saja. Digi tidak takut terkejut - apalagi takut - untuk masuk rumah sakit. Digi tidak pernah membayangkan sakitnya disuntik oleh jarum (yang akan terbayang pas diopname di rumah sakit nanti, haha). Pada saat ini, hanyalah terbesit sebuah perasaan malas. Aduh, rasanya malas harus tinggal di rumah sakit, repot. Dan memang, hanya untuk opname 3 malam saja barang bawaan digi seperti mau pergi ke Jakarta selama 10 hari. Namun digi tegaskan kepada diri sendiri, bahwa ini berarti orang rumah memperdulikan digi dan ingin menyediakan fasilitas yang terbaik untuk digi di rumah sakit :)
Langsung saja kita menuju ke rumah sakit.
Sebelum menuju ke rumah sakit, tentu saja mama sudah meminta persetujuan dari dokter keluarga, dan akhirnya dokter keluarga memperkenalkan dokter di sebuah rumah sakit yang dekat dengan rumah digi. Sebenarnya ada beberapa rumah sakit yang lebih elite daripada rumah sakit yang digi tempati pada saat ini. Satu-satunya alasan kami memilih rumah sakit ini adalah fasilitasnya yang lumayan lengkap - meskipun tidak selengkap rumah sakit yang digi sebutkan di atas, namun masih tergolong memadai dan modern - dan yang paling penting adalah, jarak dari rumah digi dengan rumah sakit sangat dekat, bisa ditempuh dengan mobil dalam waktu 5 menit. Yang tentu saja akan sangat efisien bagi orang rumah untuk melakukan segala sesuatu dan membagi waktu antara rumah dan rumah sakit :)
Let's see... Digi akhirnya tiba di rumah sakit, dengan jalan yang masih sempoyongan, bersama mama, hanya berdua - Mama yang menggunakan tongkat, dan digi dengan muka pucat. Dalam lorong rumah sakit, digi masih menyempatkan diri bercanda dengan Mama,"Kira-kira kalau susternya melihat, ini siapa yang mau tinggal di rumah sakit ya? Haha." Karena kondisi kaki mama yang belum sembuh total sehingga mengharuskan mama untuk memakai tongkat ketika berjalan (sebenarnya digi sendiri lebih prefer jika mama mau memakai kursi roda, karena kadang-kadang kaki mama masih sering sakit ketika berjalan, ataupun ketika digerakkan).
Akhirnya kami tiba di ruang ICU dan suster yang menjaga di ruang ICU langsung menanyakan,"Siapa yang mau diopname?" Digi spontan menjawab,"Aku sus."
Akhirnya digi dipersilahkan berbaring, dan kemudian menanyakan gejala-gejala apa yang ada. Digi pun kemudian menjelaskan secara terperinci gejala digi. Dokter akhirnya datang dan dengan cepat mengkomando suster untuk menyuntikkan beberapa jenis obat ke tubuh digi, kalau tidak salah ada 3 jenis obat. Nah dari sini lah mulai aksi suntik menyuntiknya.
Datanglah suster yang pertama menyuntik bagian lengan kanan digi (mungkin sejenis vitamin atau apa). Yang kedua adalah mengambil sampel darah digi, nah ini yang digi agak kesal, pasalnya susternya mengambil di bagian kanan lengan digi. Padahal digi sudah katakan,"Sus, biasa aku ngambil darah di bagian kiri." Suster tersebut masih dengan ngotot dan gaya sok tahunya mengatakan,"Iya, kita coba dulu di bagian kanan."
Alhasil, daging di tubuh yang empuk ini disuntik secara cuma-cuma. Bukan hanya itu, suster ini akhirnya memaksa untuk tetap mengambil darah dari tangan kanan digi, namun kali ini diganti posisinya, di bagian atas telapak tangan digi (tempat jarum infus disuntikkan), dan inilah suntikan yang paling sakit yang pernah digi rasakan. Pas suster menginjeksikan suntik ke dalam kulit, suster itu terdiam sebentar, tidak ada darah yang keluar. Akhirnya kepala suntik itu pun digeser-geser, dan kemudian digeser-geser lagi (bayangkan jarum suntik yang belum dikeluarkan dari kulit, masih tertancap dalam kulit dan digeser-geser, sakitnya itu....) Dalam hati digi,"Ya ampun Tuhan ampunilah aku karena aku hampir akan menyumpahi suster ini." Akhirnya digi hanya terdiam saja, toh suster ini tahu yang paling baik untuk digi, digi juga tidak banyak komentar lagi. Hingga akhirnya, ntah darimana datangnya, darah nya keluar sendiri. Whew, akhirnya selesai juga.
Dilanjutkan dengan jarum infus. Kali ini di nadi di atas telapak tangan kiri digi, digi sih tidak terlalu takut, karena sudah sering melihat pasien yang disuntik ,sementara digi sendiri bisa dikatakan tidak terlalu takut disuntik. Hanya saja, setelah jarum tersebut ditancapkan di dalam nadi, ada sesuatu yang tidak enak terasa mengganjal di tangan kiri digi. Ya jelas lah, namanya saja sudah disuntik, pasti ada perasaan tidak enak. Pada saat ini, barulah digi merasa sedikit ketakutan, "Apakah aku harus melewati 3 hari disini dengan diinfus dan perasaan tidak nyaman ini?"
Namun digi segera menyingkirkan perasaan itu dan mengatakan kepada diri sendiri, semua akan berjalan dengan baik-baik saja.
Setelahnya mama masuk dan menanyakan kepada dokter bagaimana kondisi anak mama. Dokter mengatakan,"Kalau melihat kondisi sekarang, tampaknya harus transfusi darah secepatnya."
....
....
....
!!!!
Kontan digi tersentak mendengar kata 'transfusi darah' - dan digi yakin, bukan hanya digi yang terkejut, mama pasti terkejut juga. "Separah itukah sampai harus melakukan transfusi darah?", tentu saja pertanyaan ini digi tanyakan kepada diri digi sendiri - yang pada akhirnya digi ketahui pada saat itu mama juga menanyakan hal yang sama kepada dirinya sendiri. Akhirnya mama dengan nada yang sedikit terkejut - tapi tenang - lanjut bertanya,"Berapa bungkus, Dok?".
"Kalau dilihat dari kadar HB nya 8.8, maka harus transfusi sebanyak 4 bungkus - 125cc."
Mama kemudian menanyakan kepada Dokter,"HARUS transfusi darah dok? Tidak bisa menunggu perkembangan kondisi selanjutnya?"
"Yaaa.. Kalau tidak sekarang, mau kapan lagi? Kalau HBnya sudah turun sampai 6, maka bisa sampai kepada kondisi tidak sadarkan diri, dan pada saat tersebut, akan sangat susah untuk menaikkan HB nya lagi."
Mendengar pernyataan dari dokter ini, mama pun akhirnya pasrah dan menanyakan pendapat digi. Digi bilang,"Ya kalau dokter udah bilang begitu mau gimana lagi Ma."
Dan akhirnya menanyakan juga pendapat papa, papa tidak menyatakan keberatan. Maka akhirnya pun memutuskan untuk transfusi darah. Kemudian sampel darah digi diambil lagi, dan dibawa ke PMI untuk dicari donor darah yang cocok.
-To be continued part 3-
Saturday, March 26, 2011
Horee!~~ Digi masuk rumah sakit~ part 1
Salam para penggemar digikid ^^
Bagaimana kabar kalian-kalian semua?
Yang pasti menjelang masa pancaroba alias masa pergantian musim hujan ke musim kemarau (atau sebaliknya) akan sedikit memberatkan bagi teman-teman yang kondisi tubuhnya lemah :)
Jangan lupa untuk menjaga kondisi tubuh sendiri ya, terutama akhir-akhir ini, di daerah Medan sendiri saja sudah beberapa hari ini dilanda hujan besar. Mungkin fenomena seperti ini tidak hanya terjadi di kota Medan saja, bisa juga terjadi di kota-kota lainnya di daerah Indonesia
Satu hal yang pasti adalah untuk tetap menjaga stamina tubuh, dengan cara banyak minum air putih, tidak makan telat, tidur tepat waktu. Jangan lupakan sarapan pagi, karena sangat penting untuk menjaga keaktifan tubuh dalam sehari tersebut.
Juga perhatikan kondisi tubuh kita sampai sedetil-detilnya. Bisa saja perubahan kecil yang terjadi dalam tubuh kita bisa menjadi tanda-tanda sesuatu yang buruk sedang terjadi pada tubuh kita.
Seperti yang digi alami akhir-akhir ini. Terang saja, digi baru saja keluar dari rumah sakit.
Mungkin banyak sekali yang heran, perawakan digi kan tinggi besar, bagaimana mungkin bisa masuk rumah sakit?
Mungkin bisa dikatakan kelihatan kuat di luar tapi lemah di dalam. Well, sebenarnya bukan itu juga sih, digi kuat di luar dan di dalam kok @_@
Langsung saja kita menuju kronologi kejadiannya mulai dari bagaimana digi bisa masuk ke rumah sakit hingga digi akhirnya bisa keluar dari rumah sakit, meskipun dengan kondisi yang masih kurang fit.
Pada hari Kamis, 24 Maret 2011 yang lalu, digi terbangun di pagi hari dan merasa kurang enak badan. Digi pun akhirnya memutuskan untuk buang air besar di toilet.
Oh iya, hari-hari sebelumnya, digi sudah mengamati bahwa ternyata kotoran yang digi buang berwarna hitam, karena digi tidak merasakan adanya perubahan kondisi tubuh (meskipun sudah mengetahui bahwa feses berwarna hitam - namun digi tidak tahu bahwa feses berwarna hitam ternyata mengandung darah pada saat itu), digi pun melanjutkan aktifitas seperti hari-hari biasa.
Saturday, February 5, 2011
SELAMAT TAHUN BARU IMLEK!!
Selamat tahun baru imlek bagi teman-teman yang merayakan!
Maaf atas keterlambatan posting digi, karena satu dan kesibukan yang lain sehingga digi tidak bisa sering-sering mengupdate blog lagi. Malam ini karena digi merasa senggang dan sedang in untuk update blog, ya digi lakukan aja. Mengingat pada zaman dulu digi sangat senang menuang semua kegemaran digi kepada blog yang tercinta.
Semoga di tahun kelinci ini semua bisa berjalan dengan lancar, baik rohani maupun jasmani :)
Tiba-tiba saja digi teringat dengan masa-masa dimana digi sangat senang dengan yang namanya 'blogwalking', 'update blog', 'tukar link', atau apapun itu yang berhubungan dengan blog. Masih terngiang dengan jelas di ingatan digi, dimana digi bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menghias blog, yang kalau dipikir-pikir sekarang mungkin akan sangat membingungkan,"Darimana sih keluarnya waktu tersebut untuk melakukan hal-hal itu?"
Seiring dengan berjalannya waktu, bertambahnya usia, digi semakin menyadari kalau memang waktu berlalu dengan cepat. Tidak ada yang bisa menghentikan perubahan waktu, tidak ada juga yang bisa mengulang waktu yang telah terlewati. Demikian juga sebuah perenungan bahwa digi ternyata bukan lagi anak kecil seperti zaman dahulu, yang bisa menangis setiap saat, lalu pada detik berikutnya bisa tertawa. Digi juga bukan lagi anak SMP-SMA yang penuh dengan segala keacuhan dan segala ketidaktahuannya akan dunia ini, yang menganggap bahwa layar 17" inilah yang akan menemaninya melewati satu kehidupan ini.
Sedikit demi sedikit, karena anugerah Tuhan jugalah digi bisa menyadari bahwa ternyata manusia memang sebuah sosok yang sangat kecil di jagat raya ini, yang diciptakan Tuhan untuk mempermudah kehidupan manusia lain, bukan hanya berfoya-foya untuk diri sendiri. Barangkali sesosok harapan digi yang sejak kecil digi idam-idamkan, dimana manusia bisa hidup di dalam keharmonisan tanpa ada kekacauan, pernah pudar dalam angan-angan digi ketika menghadapi kacaunya kehidupan, pahitnya kehidupan, dan kerasnya kehidupan ini. Namun berkat bantuan teman-teman dan senyuman yang diberikan, tidak ada salahnya kalau digi sekarang kembali berangan-angan tentang indahnya sebuah dunia perdamaian. Meskipun sangat jauh dari kenyataan, digi tidak keberatan untuk menjadi bagian dari sejarah perwujudan dunia tersebut, yang akan digi lakukan dalam setiap tindakan kecil sehari-harinya. :)
Mungkin saja kata-kata yang digi tulis ini tidak akan mampu mengekspresikan semua isi hati digi sekarang ini, namun digi rasa sudah cukup untuk mewakili apa yang sedang digi rasakan sekarang ini.
Semoga semua dari kita selalu bersyukur atas berkat yang diterima dari Tuhan, apapun itu, betapapun sedikitnya, banyaknya itu, semoga kita selalu menerimanya dengan rasa syukur. Karena Tuhan tahu yang terbaik untuk manusia sendiri :)
Semoga di awal tahun baru kelinci ini, demikian juga di awal tahun 2011 menjadi awal yang baik bagi kita semua, untuk lebih mencintai diri sendiri, lebih mencintai masyarakat, lebih mencintai negara, lebih mencintai dunia ini.
Have a nice day :)
Continue Reading!