Semalam, tepatnya tanggal 15 Desember 2009, pada jam 11.00, kami sekeluarga sedang enak-enaknya mendengarkan suara merdu oleh lagu yang dilantunkan mama.
Tak lama setelah itu saya pun masuk ke dalam kamar, untuk mengecek apakah ada pesan baru dari teman saya. Ketika saya sedang serius memperhatikan komputer, tiba-tiba dari arah dapur terdengar suara benda terhampar dengan sangat keras...
BUUUKKKKKKKK!!!!!!
Tentu saja, bagi orang normal yang mendengarkan suara tersebut pasti langsung bisa mengetahui, bahwa suara itu adalah suara orang yang terjatuh. Setelah mendengar suara tersebut, tanpa dikomando lagi saya pun langsung menuju ke ruang dapur untuk melihat apa yang terjadi disana. Dan alangkah terkejutnya saya ketika melihat mama saya sedang terbaring di atas lantai, tidak mengerang, tidak menjerit kesakitan, hanya terdapat suara dari adik perempuan saya, "Ma! Mama tidak apa-apa kan? Mama tidak apa-apa kan?"
Langsung kami pun membantu mama untuk berdiri. Tetapi.....
Tidak bisa! Mama tidak bisa berdiri! Mama hanya berusaha menopang tubuhnya untuk dapat tetap duduk di atas lantai, ketika sedang membantu mama, tanpa sengaja saya memperhatikan tangan kanan mama yang sedang menopang tubuhnya. Tangan kanan mama bergetar! Saya mempunyai sebuah perasaan tidak enak terhadap hal ini. Lalu mama mengatakan sudah tidak tahan lagi dan ingin duduk bersandar, mendengar hal ini saya pun bergegas masuk ke kamar untuk mengambil semua bantal yang ada di dalam kamar. Karena pada waktu tersebut, mama sama sekali tidak bisa bergerak, tidak bisa dibantu berdiri, tidak bisa dipapah, tangan kanan tidak boleh disentuh atau akan terasa sakit, kaki kanan juga sangat sakit jiga digerakkan.
Lalu bantal-bantal yang ada langsung disusun sedemikian rupa agar mama merasa nyaman dan mempunyai tempat sandaran sehingga dapat mengurangi beban. Adik perempuan saya melihat kondisi mama yang parah ini pun langsung menangis tersedu-sedu. Tentu saja, orang tua mana yang tidak sedih melihat anaknya menangis? Mama pun menyuruh adik perempuan saya untuk berhenti menangis dan mengatakan, "Tidak apa-apa kok!"
Selang beberapa menit kemudian, mama menyuruh saya untuk menyuruh salah seorang tukang urut untuk menyambungkan tulang mama. Karena mama sudah mempunyai perasaan bahwa tulang mama sudah tergeser dari tempatnya, dan si adik juga memperhatikan rupanya siku mama sudah lebih turun dari biasa. Tu wa ga, saya pun bergegas menghidupkan mobil dan bersiap-siap untuk mengemudi mencari si tukang urut. Setelah sampai di dalam mobil....
Setelah sampai di dalam mobil, mama menyuruh saya untuk tidak usah mencari lagi, karena mama kebetulan mempunyai seorang kenalan yang berhasil diurut sembuh oleh tukang urut yang lain. Kami pun langsung menelepon kenalan tersebut.
Orang tersebut akhirnya menelepon kepada si tukang urut, dan memberitahukan kepada kami, bahwa, sebelum giliran kami masih ada 2 lagi tempat yang harus diurut! Mama pada saat itu pun meminta tolong kepada si tukang urut untuk datang ke rumah kami terlebih dahulu, karena kalau kondisi mama dibiarkan lama, nanti akan semakin sakit.
Akhirnya si tukang urut pun menyetujui untuk mendatangi tempat kami terlebih dahulu. Sembari menunggu, ternyata tangan kanan mama yang patah itu tidak bisa diajak kompromi lagi. Sakit sekali. Terpaksa harus diangkat lebih tinggi ke atas (kalau dibiarkan menjuntai bisa sangat sakit) secara giliran oleh saya dan adik. Pada saat itu karena keadaan yang sangat mendesak tidak terpikirkan oleh kami kalau tangan mama pada saat itu lebih baik ditahan oleh selimut atau sejenis kain dan diikatkan ke lehernya..
Kaki mama juga mulai merasa sakit, karena posisi duduk yang tidak nyaman, bagian pinggul mama sudah mulai merasa kebas, dan kaki kanan sudah mulai terasa kram sedikit. Pada saat itu, kami masih menyuruh mama untuk tetap bersabar menunggu tukang urut yang datangnya 1 jam kemudian...
Setelah si tukang urut datang, memegang kaki mama dan mengurut sebentar, akhirnya berpindah ke tangan kanan mama. Tak lama setelah meneliti keadaan tangan mama, tukang urut akhirnya menyerah dan mengatakan, "Tidak bisa, tangan mama sudah patah, lebih baik dibawa ke rumah sakit untuk di rontgen dan dioperasi."
Mama mendengar hal itu terdiam sejenak, kemudian mengatakan, "Apakah tidak bisa disambung dulu ya kakinya? Soalnya kalau kakinya bisa disambung / dibenerin, mau kemana-mana juga gampang, dengan kondisi seperti ini digerakkan aja sakit, bagaimana mau ke RS?"
Akhirnya setelah tidak dapat menemukan solusi yang tepat, mama pun pada saat tersebut juga memutuskan untuk pergi ke Malaysia untuk menjalankan operasi terhadap tangan dan kaki kanan mama.
Setelah itu pun mama meminta tolong kepada tukang urut nya untuk memindahkan mama ke kursi agar bisa duduk dengan lebih baik dan bisa menuju ke kamar. Setelah menuju ke kamar, mama mulai dihadapkan dengan banyak masalah, terutama masalah buang air kecil, karena dengan kondisis mama yang saat ini sudah bisa dipastikan mama tidak akan bisa menuju ke kamar kecil, sampai masalah kepada besok bagaimana akan dinaikkan ke dalam mobil, dinaikkan ke dalam pesawat, dan sebagainya...
Siang itu pun berlalu dengan cepat, masih ada orang vihara yang datang menjenguk mama tak lama setelah kejadian, karena memang sebelum kejadian mama sudah berjanji dengan orang vihara untuk keluar mencari umatumat vihara.
ketika malam tiba, mulai datang sanak saudara mama untuk menjenguk mama yang sakit, menginterview bak karyawan yang masuk ke dalam perusahaan serba bisa, pertanyaannya bervariasi mulai dari a-z, dari atas sampai bawah, kiri sampai kanan, dan sebagainya. Tentu saja melihat banyak sekali sanak saudara, teman-teman yang menjenguk mama, hati saya senang sekali.
Tapi kondisi mama pun kian memburuk, dan luka mama semakin sakit saja rasanya. Ketika tiba semua orang sudah pulang, tepatnya jam 11 malam, itulah awal dimulainya penderitaan mama.
Mama tidak bisa tidur sama sekali karena rasa sakit yang melanda kakinya itu, semalaman saya dan si adik tidak tidur karena membantu mama untuk mencari posisi yang cocok untuk kakai mama, karena kaki kanan mama itu tidak bisa digerakkan, dan sebentar-sebentar rasanya kejang, sebentar-sebentar kram, dan sebagainya.
Pada saat saya memegang betis mama, terasa urat-urat di dalamnya mengejang semua, adik juga mengatakan hal yang sama. Dalam hati saya berpikir," Astaga, bagaimana mama bisa menghadapi penderitaan yang besar seperti ini? Tuhan tolong berikan mama kekuatan."
Dan hampir sepanjang malam itu, dari dalam hati kami dan mulut kami tak henti-hentinya terus melantunkan doa kepada Yang Maha Kuasa agar mama diberikan ketabahan untuk menjalani penderitaan ini sampai besok pagi.
Ternyata puncak dari penderitaan mama adalah pada saat jam 3 malam, dimana mama sudah mengonsumsi obat penahan rasa sakit, dan ternyata obat tersebut banyak membantu.
Tapi kemudian tak lama setelah itu, kaki mama mulai kejang-kejang lagi, saya dan sang adik pun otomatis langsung sibuk membantu mama untuk mendapatkan posisi kaki yang paling nyaman untuk mama.
Malam itu dirasakan benar-benar adalah malam yang paling panjang dan malam yang paling menderita dalam hidup. Hampir sepanjang malam mama mengerang kesakitan, dan pada akhirnya bisa tertidur dengan pulas, tak lama kemudian terbangun karena kaki yang kembali mengejang, hampir setiap jam mama lewati dengan cara begitu. Sungguh tragis hidup ini!
Pada akhirnya, habis gelap, terbitlah terang, akhirnya bumi Indonesia pun mulai menyambut kami dengan matahari terbit, tidak tahu kenapa dan bagaimana, kondisi mama juga pelan-pelan membaik, mama hanya duduk diam, entah karena mama menahan sakitnya agar tidak membuat kami khawatir, atau memang mama sudah tidak merasakan sakit lagi, tidak ada yang tahu, hanya mama sendiri yang tahu.
Sampai akhirnya saat yang paling ditakutkan itu tiba, berangkat ke bandara menuju negeri jiran, Malaysia. Bagaimana harus diturunkan dari lantai dua ke lantai satu? Bagaimana mama akan dimasukkan ke dalam sebuah mobil kijang beserta tempat duduknya? Bagaimana mama akan mengganti tempat duduk dari kursi di rumah dengan kursi roda di bandar udara?
Tetapi tidak tahu bagaimana, rasanya semua proses itu berlalu dengan cepat, mama dengan mudah dapat diturunkan kebawah dengan bantuan si tukang urut yang membenarkan urat-urat syaraf mama, mama dapat dengan mudah dinaikkan ke dalam mobil, dan hampir tidak ada masalah ketika mengganti kursi rumah dengan kursi roda yang ada di bandara.
Namun penderitaan mama masih baru dimulai, mama masih harus menjalani berbagai proses yang sangat menyakitkan di negeri tetangga tersebut. Mama masih harus menjalani operasi yang sangat menyakitkan di seberang sana.
Tapi tentu saja mama, kami anak-anak mama akan selalu menyertai mama dengan doa dan harapan yang tulus sebagai seorang anak.
Wednesday, December 16, 2009
Kami besertamu, Mama!
Saturday, September 26, 2009
Jual handphone..
Halo teman2... Skarang digi lg mencoba posting pk hp.. Jd mgkn bahasanya disingkat2.
Hem... Sekarang digi lg di tempat oma. Brhubung tak ada krjaan, digi coba posting pake hp ajah. Haha.
Ngobrol2 soal hape nich. Digi lg senang bgt.
Knp? Pasalnya hape digi yg uda kadaluarsa ini gak ada yg mau bli.
Lho? Kok malah sng? Ya bgtlah. Digi pikir drpada kejual, nanti pasti ribet lg mikirin bli hape apa lg yha??
Jd ambil hikmah baiknya aja, krn uda terlanjur ga ada yg mau, yaudah.ambil sisi positifnya ajah. Hoehoe...
Udahan dolo yah teman2...
Digi mau tdr dl. Tata
Saturday, September 19, 2009
Selamat Hari Raya Idul Fitri
Blog Digikid mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1430H..
Minal Aidin Wal Faidzin.
Mohon maaf lahir dan batin ya kalau digi pernah melakukan kesalahan apa-apa dalam tahun ini ^^
Friday, August 21, 2009
Selamat Berpuasa
Selamat Berpuasa bagi para umat Muslim yang menjalankannya ^^
Digi doain puasa kali ini teman-temen semua bisa lancar-lancar aja tanpa hambatan
Monday, August 3, 2009
The 8-day Trip To Malaysia
Digi berangkat dari Medan tanggal 24 Juli 2009, jam 5.30.
Sunday, May 24, 2009
Kerjaan digi akhir-akhir ini....
Hi all!!~~ Sedikit sharing aja... Akhir-akhir ini, rasanya digi terus-menerus berkecimpung di 'perusahaan surgawi'... Maksudnya... Ya... digi terus-terusan melakukan segala hal yang berhubungan dengan vihara, misalnya, rajin-rajin ke vihara, ngebahas soal dharma, bahkan digi sekarang lagi demen-demennya ngopi-in CD paritta dan dibagikan ke orang lain (kayaknya ngga ada kerjaan ya? ~_~)
CD yang pertama kali digi copy itu 'Sutra Hati' sama 'Prajnaparamita' beserta text nya ^^, ngga salah sih udah copy sekitar 100 CD... Ini juga masih ngopi-in untuk orang-orang di vihara, pasalnya bulan 6 nanti ada acara gede, jadi ya siap2in aja CD nya banyak2 ^^
Target selanjutnya sih digi mau buat CD nya 'Kitab Seratus Bakti', sekarang baru kelar buat covernya, mau buat belakangnya lage... Rencananya kali ini digi mau buat arti dari 'Kitab Seratus Bakti', jadi kali ini ada artinya gitu, kalau yang sebelumnya kan cuma cara baca doang ^^
Doain digi sukses yhaa!!~~~
Saturday, May 23, 2009
Hidup bagaikan.....
Hidup bagaikan.....
Rasanya kurang tepat jika digi melanjutkan kata-kata di atas...
Kenapa? Why?? Ya karena digi sendiri bingung.. Hidup ini mau diibaratkan sebagai apa toh?
Ada yang mengatakan hidup ini bagaikan sungai yang mengalir.
Apakah di lintasan sungai tersebut ada batu runcing, atau batu kerikil, air sungai tetap saja akan mengalir... Ibaratnya seperti hidup, walaupun kita hidup dalam pergumulan masalah yang besar, ataupun rintangan yang kecil, atau bahkan hidup bahagia... Tetap saja kita tetap mempunyai 24 jam, hidup kita toh tetap sama dengan hidup 200 juta penduduk di Indonesia. Perbedaannya adalah.. prosesnya..
Mungkin prosesnya lebih pahit daripada 200 juta penduduk lainnya.. atau mungkin lebih manis dan lebih enjoy daripada yang lain..
Ada juga yang mengatakan hidup bagaikan koin...
Ada sisi gambar, ada juga sisi angka...
Mungkin hidup ini seperti itu... Ada sisi yang baik, ada juga sisi yang buruk..
Kalau dalam permasalahan kita melihat sisi yang buruk.. ya menjadi buruklah hidup kita.... Kalau kita melihat segala sisi dari sisi yang baik, maka hidup kita juga akan menjadi baik...
Hidup itu juga bagaikan... sebuah sandiwara...
Kadangkala kita berada di atas pentas, sebagai pemeran utama, mendapatkan tepukan yang meriah dari orang-orang di sekitar kita, seakan-akan kita di atas angin.. Wow.. Ketika kita melihat ke bawah, semua sedang memandangi kita dengan senyum yang indah....
Akan tetapi, kadang perang yang kita mainkan tidak sukses... Atau bahkan.. Kita hanya menjadi orang di balik layar...
Tidak ada yang mengenal kita... Tidak ada yang menyapa kita, tidak ada lagi tepukan yang riuh, tidak ada lagi senyum yang begitu indah..
Dan tidak jarang, kita bahkan tidak memainkan peran apa-apa... Kita hanya berdiri di balik panggung, melihat orang-orang yang di depan pentas mendapat jeritan kebanggaan dari penonton sambil menggigit jari... Sambil berpikir "Kenapa bukan... saya..?"
Sebenarnya banyak perumpamaan tentang hidup.. Kalau bisa dibilang, hidup hampir bisa dibandingkan dengan setiap hal...
Sekarang kita diberi pilihan...
Apakah ingin melihat hidup dari sisi positif atau negatif? Bagaikan koin dengan dua sisi, setiap permasalahan selalu mempunyai kebaikan dan keburukannya sendiri.
Apakah kita ingin melewati hidup yang penuh batu kerikil, batu tajam, atau mungkin lintasan mulus dengan gembira? Atau sedih? Bagaikan sungai, air terus saja mengalir tanpa memperdulikan apa yang ada di depannya, namun kita diberi pilihan untuk melewati masalah tersebut dengan senang, atau sedih?
Apakah kita ingin melewati hidup di atas pentas, di belakang layar, atau bahkan tanpa peran? Ketika kita sedang di atas pentas, bersyukurlah kepada Tuhan Yang Maha Penyayang, karena Tuhan memilih kita untuk menjadi peran utama dalam sebuah sandiwara... Kalau kita sedang menjadi orang di balik layar, berterimakasihlah kepada orang-orang yang di depan pentas, karena tanpa adanya mereka, kita tidak akan mendapat peran apa-apa... Dan kalau kita tidak mendapatkan peran apa-apa, barangkali kita perlu menginstropeksi diri.. "Sebenarnya apa yang salah dengan diri saya?"
Barangkali jika kita melewati kehidupan dari sisi yang berbeda, kita akan bisa merasakan hidup yang lebih baik..
Kenapa tidak dicoba?
Friday, May 15, 2009
4 Skenario Kehidupan
Silahkan dibaca dan direnungkan bersama-sama...
-----------------------------------------------------------------------------------
Skenario 1
Andaikan Anda sedang naik di dalam sebuah kereta ekonomi. Karena tidak mendapatkan tempat duduk, Anda berdiri di dalam gerbong tersebut. Suasana cukup ramai meskipun masih ada tempat bagi Anda untuk menggoyang-goyangkan kaki. Di tengah perjalanan, Anda dikejutkan oleh seseorang yang menepuk bahu Anda. "Mas. Handphone mas barusan jatuh nih," kata orang tersebut seraya
memberikan handphone milik Anda. Apa yang akan Anda lakukan kepada orang tersebut? Mungkin Anda akan mengucapkan terima kasih dan berlalu begitu saja.
Skenario 2
Sekarang kita beralih kepada skenario kedua. Andaikan Anda tidak sadar handphone Anda terjatuh, dan ada orang yang melihatnya dan memungutnya. Orang itu tahu handphone itu milik Anda tetapi tidak langsung memberikannya kepada Anda. Hingga tiba saatnya Anda akan turun dari kereta. Sesaat sebelum Anda turun dari kereta, orang itu menepuk Anda dan menyodorkan handphone Anda sambil berkata "Mas. Handphone mas barusan jatuh nih." Apa yang akan
Anda lakukan kepada orang tersebut? Mungkin Anda akan mengucapkan terima kasih juga kepada orang tersebut, tetapi saya pikir rasa terima kasih yang Anda berikan akan lebih besar daripada rasa terima kasih yang Anda berikan pada orang di skenario pertama (orang yang langsung memberikan handphone itu kepada Anda). Setelah itu mungkin Anda akan langsung turun dari kereta.
Skenario 3
Marilah kita beralih kepada skenario ketiga. Pada skenario ini, Anda tidak sadar handphone Anda terjatuh, hingga Anda menyadari handphone Anda tidak ada di kantong Anda saat Anda sudah turun dari kereta. Anda pun panik dan segera menelepon ke nomor handphone Anda, berharap ada orang baik yang menemukan handphone Anda dan bersedia mengembalikannya kepada Anda. Orang yang sejak tadi menemukan handphone Anda (namun tidak memberikannya kepada Anda) menjawab telepon Anda. "Halo, selamat siang mas. Saya pemilik handphone yang ada pada mas sekarang," kata Anda kepada orang yang sangat Anda harapkan berbaik hati mengembalikan handphone itu kembali kepada Anda.
Gayung bersambut, orang yang menemukan handphone Anda berkata, "Oh, ini handphone mas ya. Oke deh, nanti saya akan turun di stasiun berikut. Biar mas ambil di sana nanti ya." Dengan sedikit rasa lega dan penuh harapan, Anda pun pergi ke stasiun berikut dan menemui "orang baik" tersebut. Orang itu pun memberikan handphone Anda yang telah hilang. Apa yang akan Anda lakukan pada orang tersebut? Satu hal yang pasti, Anda akan mengucapkan
terima kasih, dan sepe rti nya akan lebih besar daripada rasa terima kasih Anda pada skenario kedua bukan? Bukan tidak mungkin kali ini Anda akan memberikan hadiah kecil kepada orang yang menemukan handphone Anda tersebut.
Skenario 4
Terakhir, mari kita perhatikan skenario keempat. Pada skenario ini, Anda tidak sadar handphone Anda terjatuh, Anda turun dari kereta dan menyadari bahwa handphone Anda telah hilang, Anda mencoba menelepon tetapi tidak ada yang mengangkat. Sampai akhirnya Anda tiba di rumah. Malam harinya, Anda mencoba mengirimkan SMS: "Bapak/Ibu yang budiman. Saya adalah pemilik handphone yang ada pada bapak/ibu sekarang. Saya sangat mengharapkan kebaikan hati bapak/ibu untuk dapat mengembalikan handphone itu kepada saya. Saya akan memberikan imbalan sepantasnya. " SMS pun dikirim dan
tidak ada balasan. Anda sudah putus asa. Anda kembali mengingat betapa banyaknya data penting yang ada di dalam handphone Anda. Ada begitu banyak nomor telepon teman Anda yang ikut hilang bersamanya. Hingga akhirnya beberapa hari kemudian, orang yang menemukan handphone Anda menjawab SMS Anda, dan mengajak ketemuan untuk mengembalikan handphone tersebut. Bagaimana
kira-kira perasaan Anda? Tentunya Anda akan sangat senang dan segera pergi ke tempat yang diberikan oleh orang itu. Anda pun sampai di sana dan orang itu mengembalikan handphone Anda. Apa yang akan Anda berikan kepada orang tersebut? Anda pasti akan mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepadanya, dan mungkin Anda akan memberikannya hadiah (yang kemungkinan
besar lebih berharga dibandingkan hadiah yang mungkin Anda berikan di skenario ketiga).
Moral
Apa yang Anda dapatkan dari empat skenario cerita di atas? Pada keempat skenario tersebut, Anda sama-sama kehilangan handphone, dan ada orang yang menemukannya. Orang pertama menemukannya dan langsung mengembalikannya kepada Anda. Anda berikan dia ucapan terima kasih. Orang kedua menemukannya dan memberikan kepada Anda sesaat sebelum Anda turun dari kereta. Anda berikan dia ucapan terima kasih yang lebih besar. Orang ketiga menemukannya dan memberikan kepada Anda setelah Anda turun dari kereta. Anda berikan dia ucapan terima kasih ditambah dengan sedikit hadiah. Orang keempat menemukannya, menyimpannya selama beberapa hari, setelah itu baru mengembalikannya kepada Anda. Anda berikan dia ucapan terima kasih ditambah hadiah yang lebih besar.
Ada sebuah hal yang aneh di sini. Cobalah pikirkan, di antara keempat orang di atas, siapakah yang paling baik? Tentunya orang yang menemukannya dan langsung memberikannya kepada Anda, bukan? Dia adalah orang pada skenario pertama. Namun ironisnya, dialah yang mendapatkan reward paling sedikit di antara empat orang di atas.
Manakah orang yang paling tidak baik? Tentunya orang pada skenario keempat, karena dia telah membuat Anda menunggu
beberapa hari dan mungkin saja memanfaatkan handphone Anda tersebut selama itu. Namun, ternyata dia adalah orang yang akan Anda berikan reward paling besar.
Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Anda memberikan reward kepada keempat orang tersebut secara tulus, tetapi orang yang seharusnya lebih baik dan lebih pantas mendapatkan banyak, Anda berikan lebih sedikit.
OK, kenapa bisa begitu? Ini karena rasa kehilangan yang kita alami semakin bertambah di setiap skenario. Pada skenario pertama, kita belum berasa kehilangan karena kita belum sadar handphone kita jatuh, dan kita telah mendapatkannya kembali. Pada skenario kedua, kita juga belum merasakan kehilangan karena saat itu kita belum sadar, tetapi kita membayangkan rasa kehilangan yang mungkin akan kita alami seandainya saat itu kita sudah turun dari kereta. Pada skenario ketiga, Anda sempat merasakan kehilangan, namun
tidak lama Anda mendapatkan kelegaan dan harapan Anda akan mendapatkan handphone Anda kembali. Pada skenario keempat, Anda sangat merasakan kehilangan itu. Anda mungkin berpikir untuk memberikan sesuatu yang besar kepada orang yang menemukan handphone Anda, asalkan handphone itu bisa kembali kepada Anda. Rasa kehilangan yang bertambah menyebabkan Anda semakin menghargai handphone yang Anda miliki.
Saat ini, adakah sesuatu yang kurang Anda syukuri? Apakah itu berupa rumah, handphone, teman-teman, kesempatan berkuliah, kesempatan bekerja, atau suatu hal lain.
Namun, apakah yang akan terjadi apabila kamma baik yang mendukung kita untuk memiliki segalanya itu telah habis? Bagaimana?
Segalanya akan hilang dari genggaman kita. Kita pasti akan merasakan kehilangan yang luar biasa. Saat itulah, kita baru dapat mensyukuri segala sesuatu yang telah hilang tersebut.
Namun, apakah kita perlu merasakan kehilangan itu agar kita dapat
bersyukur? Saya rasa sebaiknya tidak. Syukurilah segala yang kita
miliki, termasuk hidup kita, selagi itu masih ada. Jangan sampai kita menyesali karena tidak bersyukur ketika itu telah lenyap dari diri kita.
Jangan pernah mengeluh dengan segala hal yang belum diperoleh.
Bahagialah dengan segala hal yang telah diperoleh.
Sesungguhnya, hidup ini berisikan banyak kebahagiaan.
Bila kita mampu memandang dari sudut yang benar.
Tuesday, May 12, 2009
Hari Ibu yang Paling Berkesan...
Halo semua, perkenalkan, saya seorang pemuda yang masih berumur 17 tahun.
Saya juga melakukan kegiatan seperti halnya remaja-remaja yang masih tumbuh dan berkembang, bermain game online, nongkrong di kafe-kafe, mall-mall.
Kali ini saya ingin bercerita sedikit tentang hari Ibu yang baru saja lewat kemarin, mungkin bisa dibilang, ini merupakan hari ibu yang paling berkesan bagi saya.
Tanpa ada persiapan apa-apa? Bagaimana nih!!!
Hari ibu kali ini benar-benar sangat tidak terduga. Saya yang pada hari itu seharian sibuk sekali dengan berbagai aktifitas, sampai-sampai saya hampir melupakan hari yang sangat spesial bagi semua ibu di dunia, hari ibu.
Minggu pagi, saya bangun lebih cepat daripada biasanya, karena pada hari Minggu tersebut saya mempunyai acara, berkisar antara pukul 10.00 sampai dengan 15.00.
Dan saya pun mulai mempersiapkan segala sesuatunya, karena kebetulan saya ditunjuk sebagai orang yang mengatur segala kegiatan dalam acara tersebut.
Saya pun sampai pada tempat dimana acara dilakasanakan, satu demi satu kegiatan sudah selesai, dan sampailah kepada akhir kegiatan, dan disinilah tiba-tiba saya teringat kepada ibu saya yang saat ini sedang berada di tempat lain.
Dalam seketika, saya teringat kata-kata dari teman saya, "Eh, nanti loe ngasi apa buat nyokap waktu Mother's Day nanti?"
Teringat ibu saya yang sedang menghadiri suatu acara di tempat yang cukup jauh, tetapi beliau sudah menjanjikan akan pulang jam 18.00. Waktu tinggal sedikit!
Dan saya menjadi gusar seketika! Setengah hari sudah berlalu, tetapi saya masih belum mempersiapkan kejutan apa-apa untuk mama saya yang tercinta.
Langsung saja pada saat itu saya menghubungi adik saya, yang memang pada saat itu lagi senggang, lalu hanya dalam beberapa saat, saya bersama dengan adik saya pun sudah berhasil menyusun acara-acara untuk ibu tercinta, tanpa diketahui beliau tentunya.
Tidak!! Waktu tinggal sedikit!
Jam sudah menunjukkan pukul 15.00, acara yang diselenggarakan pada hari tersebut semuanya berlangsung dengan lancar, namun yang di luar dugaan saya adalah segala kekotoran yang ditimbulkan oleh tamu-tamu. Dan saya pun harus membersihkan semuanya, tentunya dengan bantuan dari teman-teman saya.
Kendatipun dengan bantuan teman-teman seperjuangan, sewaktu pukul 16.00 kami masih belum bisa membersihkan seluruh isi ruangan, sedangkan saya masih belum membeli semua perlengkapan yang diperlukan untuk membuat kejutan malam nanti.
Apa boleh buat, tugas tetap tugas, harus dilaksanakan dengan baik, lebih baik saya lakukan, daripada terus mengeluh, tidak ada yang pernah didapatkan dari keluhan-keluhan.
Dan pada akhirnya, kami berhasil membersihkan semuanya, namun jam sudah menunjukkan pukul 17.00, dan hujan turun dengan derasnya di luar.
Gawat! Bagimanapun tidak akan bisa sempat untuk membeli segala persiapan untuk kejutan, mama akan pulang dalam 1 jam! Bagaimana mempersiapkan barang-barang yang sebegitu banyaknya? Diluar hujan pula!
Ah! Daripada banyak mikir, lebih baik saya berunding saja dengan adik saya, saya pun bergegas untuk pulang ke rumah, dan di luar dugaan saya, ternyata sepupu-sepupu saya berkumpul di rumah. Mereka yang kebingungan bagaimana ingin merayakan Hari Ibu menghubungi adik saya. Mengetahui saya yang sudah pulang ke rumah pun adik saya memberitahukan kabar ini kepada saya, dan kami semua pun menyusun ulang rencana untuk 'surprise' pada malam nanti, kebetulan ibu mereka juga sedang menghadiri acara yang sama dengan acara yang ibu saya hadiri.
Dan sebuah keajaiban pun terjadi...
Setelah cukup lama berunding dengan para sepupu yang bijaksana, kami semua berhasil mengambil kesimpulan, untuk merayakan hari ibu di sebuah restoran yang cukup terkenal dan terjangkau tentunya.
Tiba-tiba salah satu sepupu saya mencetuskan sebuah ide yang sangat brilian.
"Gimana kalau kita membeli kue tar?"
"Beli kue sih oke oke aja, tapi dimana beli nya? Yang enak? Kocek sih anak ABG-an, emang ada tempat yang pas?"
"Ada! Toko XXXX"
"Masalahnya hujan sekarang ci, mau nyetir kemana-mana juga takut (berhubung mobil saya mobil dengan bahan bakar premium)"
"Gampang! Cari aja tempat yang gak banjir!"
"Ngomong sih gampang ci, coba deh tunjukkin jalannya!"
Setelah terlibat pembicaraan yang cukup panjang, kami pun bergegas untuk membeli kue tar di sebuah toko roti. Sebelum berangkat, kami sempat melirik jam, pukul 17.45!
Ya Tuhan! Bagaimana mungkin masih bisa sempat?
"Gimana nih? Coba deh lu telpon mama udah sampai mana?"
Dan adik saya pun langsung menelepon ibu saya.
Ketika sedang berbicara dengan mama, adik saya menunjukkan ekspresi senang dan menunjukkan angka 2 menggunakan jarinya, seolah ingin mengatakan "Yes! Acara kali ini pasti akan sukses!"
Lalu pembicaraan pun ditutup dengan, "Ingat ya Ma, jangan makan dulu, di rumah banyak sayur nih, takut ngga abis!"
Setelah menutup telepon, saya pun menanyakan kepada adik saya apa yang terjadi.
"Kata Mama disana hujan, jadi mungkin agak lama baru bisa sampai rumah."
Ah! Benar-benar suatu keajaiban yang besar saya rasakan dalam hidup saya, entah sudah berapa lama tidak pernah saya rasakan perasaan senang yang mendalam seperti ini.
Mendengar kata-kata adik saya, saya pun langsung bergegas berangkat untuk membeli kue bersama dengan sepupu-sepupu saya. Dan perjalanan tidak semulus yang kami kira...
Semuanya tidak semudah yang kami bayangkan...
Jam sudah menunjukkan pukul 18.00 ketika kami mulai keluar dari rumah dan menuju toko roti tersebut, namun, perjalanan tidak semudah yang kami pikirkan. Hujan sedang turun dengan lebatnya, dan inilah yang menjadi sumber masalah utama kami, banjir.
Banjir sudah mulai menggenangi jalanan kota yang tidak seberapa ini, dan tentu saja, kami takut! Pasalnya mobil saya adalah mobil berbahan bakar bensin, yang tidak tahan air, sedikit saja kena air.... Dan selesailah rencana kami.
Maka saya, adik saya beserta sepupu-sepupu saya pun segera memikirkan rute-rute jalan yang tidak terkena banjir, dan alhasil, kami sampai di toko roti tersebut dengan selamat.
Tidak lama kami berada di toko roti tersebut, kami segera memilih roti yang paling khas, dengan bentuk hati, dan menuliskan nama 2 orang mama tersayang saya, dan sepupu saya. Setelah proses pemilihan kue tar selesai, kami pun segera kembali ke rumah, takut ketahuan kalau kami diam-diam keluar. Dan perjalanan pulang ke rumah ternyata jauh lebih sulit daripada yang tadi.
Hujan sudah turun lebih lama, dan tentu saja ini yang membuat genangan air di jalanan menjadi semakin tinggi saja. Rumah yang saya tempati jarang terkena serangan banjir, namun kali ini hujan turun dengan sangat lebatnya, seolah-olah ingin menguji ketabahan seorang anak untuk menunjukkan rasa sayang kepada ibunya. Jalanan pulang pun penuh dengan genangan air yang cukup tinggi.
Dan ketegangan semakin terasa ketika saya menelusuri jalan terakhir sebelum mencapai rumah saya, dengan genangan air yang cukup tinggi, mungkin sampai pada lutut anak-anak, jantung saya kembali berdegup kencang ketika memasuki pertengahan jalan, genangan air terlihat semakin tinggi, dan tidak ada jalan balik, yang bisa saya lakukan hanyalah terus mengikuti jalannya, dan berusaha untuk mencari jalan keluar yang lain.
Pada akhirnya kami semua selamat sampai di rumah, jam sudah menunjukkan pukul 19.00. Kami semua masuk ke dalam kamar dan bergegas mereview kembali rencana kami yang terakhir, yaitu makan di restoran. Selang 15 menit kemudian, mama papa saya dan juga mama papa sepupu saya pulang. Kami yang mengetahui hal tersebut langsung bergegas keluar dari kamar, dan bersiap-siap untuk pergi, memberikan kejutan yang paling indah untuk mama tersayang. Namun.. Semuanya diluar dugaan...
PS: Sampai disini dulu, nanti digi lanjutin postingan secepatnya, selamat menunggu ^^
"Berikan saya 100.000! Besok saya yang ngantri di bengkel 1 jam juga ga-pa-pa!"
Kami semua yang masih diliputi rasa senang segera turun ke bawah. Ketika sampai di bawah, dalam sekejap papa saya dan papa sepupu saya sudah menghilang karena ada undangan makan. Tersisalah para remaja yang sedang antusias untuk membuat kejutan, dan ibu-ibu yang sedang khawatir akan hujan yang begitu derasnya. Tak ayal lagi, skenario terburuk pun bisa terjadi...
Saya yang begitu senang pada saat itu langsung memulai pembicaraan...
"Ma! Keluar makan yuk! Kan hari ini hari ibu! Sekalian ngerayain"
"Hujan-hujan gini mau kemana makan? Dimana-mana banjir, lagian kan di rumah banyak makanan, lagipula..."
Saya yang mendengar kata-kata tersebut langsung menjadi panas.
"Di rumah ngga ada sayur, Ma! Kita tadi sengaja bohongin mama untuk buat kejutan Mama. Kan ini hari ibu! Dari awal emang kita uda niat untuk bikin surprise buat mama, jadi kita bohongin mama biar bisa makan di restoran!"
"Iya, tapi dimana-mana banjir, emang kalian mau makan di restoran apa coba?"
"XXXXXXXXX"
"Dimana-mana jalan macet! Mau ke restoran itu mau jalan mana? Coba kamu kasi tau mama mau lewat jalan mana?! Nanti mobilnya basah siapa yang mau ke bengkel untuk nungguin?"
"Itu kan nanti bisa dipikirin Ma! Tadi aja kami baru pulang dari luar!"
Keadaan menjadi hening sebentar... Saya yang sedang naik darah pun langsung melanjutkan dengan nada tinggi...
"Berikan saya 100.000! Besok saya yang ngantri di bengkel 1 jam juga ga-pa-pa!"
Semuanya serasa hening, mama hanya menatap saya dengan mata yang tajam bercampur sedih, sementara tante sedang meyakinkan anak-anaknya untuk membatalkan acara makan di restoran.
Tadi kami waktu pulang dimana-mana banjir, ngapain sih makan di restoran? Tadi mamanya aja udah makan, semua udah makan, tinggal mama aja yang belum makan"
"Iya, Ma, tadi aja kita juga baru balik, banjirnya ngga parah-parah amat kok", ungkap anaknya dengan nada sedikit jengkel
Namun saya tidak menghiraukan semua pembicaraan itu, waktu serasa berhenti. Dan setitik rasa sesal mulai tertoreh di hati saya, rasanya lebih baik saya memang tidak usah memulai pembicaraan duluan kalau tau begini hasilnya. Saya memang termasuk orang yang gampang emosian, tetapi yang tadi sepertinya tidak biasa, tiba-tiba saja kata-kata itu keluar dari mulut saya!
Lalu mama pun berpaling, menelusuri tangga untuk naik ke atas dan masuk ke dalam kamar, sementara tante saya dan sepupu saya masih saja terus bertekak, yang berakhir pada pembatalan rencana kami yang sudah tersusun rapi.
Tidak emosi, tidak ada tangis, tidak ada kesedihan lagi yang saya rasakan pada saat itu, saya langsung naik ke atas, masuk ke dalam kamar saya, hendak mengganti baju yang sudah saya pakai sejak tadi, menjadi baju santai. Namun tiba-tiba saja sebuah pemikiran terlintas di benak saya...
"Jangan ganti baju dulu, sepertinya masih ada sedikit harapan..."
Dan pikiran itulah yang mengurungkan niat saya untuk mengganti baju saya, saya kembali turun ke lantai 2 tempat mama saya berada, namun saya masih enggan masuk ke dalam kamar, hingga akhirnya tante keluar dari kamar dan berkata kepada sepupu saya...
"Tadi tante kalian udah makan, semuanya udah makan kok, tinggal mama sendiri aja yang belum, terserah mau masakin mi atau apa juga boleh"
"Yeee... Mama sih udah makan, kami daritadi nungguin mama ama tante sih mau ke restoran makan, rupanya batal, tau gini tadi kita makan dulu ya?"
Tiba-tiba saja muncul sebuah ide brillian dari entah siapa, yang menyuruh kami para anak-anak untuk memasak untuk ibu-ibu pada saat itu. Tentu saja, kami semua kembali menjadi bersemangat!!!
Eng ing eng! Difoto ya! Tuu... Dua... Ti... GA!
Kami pun mulai bergegas untuk menyiapkan segala bahan-bahan makanan yang diperlukan, mulai dari tepung, telur, sampai dengan panci dan minyak. Memasak bukanlah hal yang sulit bagi kami, namun, kalau disuruh masak malam-malam begini, tanpa persiapan dan bahan yang lengkap, tidak bisa dipungkiri memang agak susah. Nasi putih sudah habis, kami pun mulai memutar otak, apa lagi yang bisa dimakan?
MI INSTAN! Sekilas memang terasa tidak enak, namun setelah membongkar seluruh isi kulkas, kami hanya menemukan tahu kering dengan sedikit daging-dagingan, dan memang itulah yang kami olah pada malam itu. Mi instan ditumis dengan sedikit daging, sayur-sayuran dan tahu kering yang kami oleh sedemikian rupa.
Rupanya berdiri di dapur dan memotong sayur bukan pekerjaan yang mudah, saat itu saya memang kebagian pekerjaan memotong saja, dari awal sampai akhir selama 1 jam lebih saya hanya berdiri untuk memotong segala jenis sayur-sayuran, daging-dagingan, sampai cabai yang membuat tangan saya pedas tentunya. Dan akhirnya, setelah 1 jam kami semua belepotan di dapur, selesai juga masakan istimewa dari anak-anak...
Setelah selesai memasak dan menyusun masakan kami, kami pun segera mengambil kue tar yang tadi kami simpan di mobil, lalu menyuruh ibu-ibu keluar, dan...
SURPRISE!!!!!
Suasana langsung saja menjadi riuh dan gaduh, tepuk tangan, dan jeritan untuk para ibu-ibu terasa memeriahkan rumah saya yang sederhana. Lalu kami pun segera mempersilahkan para ibu-ibu untuk memotong kue.. Sebelum itu, adik saya segera menggunakan ponsel barunya untuk mengambil foto-foto mama kami, dan kue tar yang sudah kami beli tentunya.
Difoto ya! Tuu... Dua... Ti... GA!
Ciklet, terdengar suara kamera ponsel adik saya, dan tanpa babibu, kami langsung mempersilahkan mama-mama kami untuk langsung menyantap makanan yang ada, tentu saja karena kami daritadi juga sudah lapar.
Jujur saja saya katakan masakan yang kami buat tidak enak-enak amat, malah terasa hambar. Tetapi, entah apa yang membuat 9 bungkus mi instan yang kami masak habis dilalap oleh 8 orang, mungkin karena perasaan cinta dan semangat yang kami tuangkan saat memasak tadi...
Satu kisah dalam hidup saya pun telah berlalu, sungguh, saya sangat berterima kasih kepada Tuhan atas hari ini, yang mengingatkan saya, betapa susahnya pun kita melewati suatu masalah dalam kehidupan, selalu ada titik terang yang muncul.
Tidak peduli betapa sulitnya masalah yang kita hadapi, selalu ada jalan yang disediakan olehNya.
Tidak peduli jika semua pintu kebahagiaan sudah ditutup, Tuhan tetap akan menyisakan satu pintu harapan untuk kita lalui.
Disini saya dengan tulus mengucapkan kepada semua ibu di Indonesia, bahkan di dunia.
Selamat Hari Ibu!
Saturday, May 9, 2009
Selamat Hari Waisak!!!
Selamat Hari Waisak bagi yang merayakan ^^
Semoga umat Buddha dapat meneruskan perjuangan Sang Buddha dalam menyebarkan benih Dharma di dunia :)
Friday, May 8, 2009
Medan Kembali Dilanda Gempa!
Setelah gempa yang sangat hebat pada tanggal 26 Desember lalu, kota Medan, Sumatera Utara kembali digetarkan oleh gempa berkekuatan 5,3 skala Ritcher selama 5-7 detik, pada pukul sekitar 20.30 Jumat malam ini, 8 Mei 2009.
Kejadiannya lucu, pas digi lagi bli hape baru di Plaza Medan Fair, toko hpnya lantai 4, otomatis digi naik ke lantai 4, dan anehnya, digi ngga merasakan gempa tersebut sampai digi dikasih tau sama yang jaga toko (cewe semua) dengan gaya mereka yang... swt banget deh pokoknya.
Digi emang sempat panik, dan parahnya, digi hampir mau lari dari toko, padahal perjanjian belinya udah jadi, kotaknya udah dibuka, hapenya udah dites, dan tinggal blom dibayar. Parahnya, digi sempet mau lari, n digi pikir kalau hpnya pas waktu itu di tangan digi, pasti digi langsung kabur ke bawah, wakaka
Gempa tersebut dirasakan cukup kuat juga, n secara beruntung, kami menjadi pelanggan terakhir pada malam itu di toko hape tersebut, pasalnya mereka semua mau tutup toko. Wakakak.. Lucu yah, tapi emang aneh juga kenapa tiba-tiba bisa gempa malam-malam gini.
Sampai sekarang juga blum diketahui ada korban jiwa atau ngga, seharusnya dengan gempa yang ngga begitu kuat itu (digi rasain kuat mgkn karena digi di lantai 4) ngga akan menelan banyak korban jiwa >_< . Setelah ditelusuri, emang ngga ada korban jiwa ^^
Mari kita sama-sama berdoa menurut kepercayaan masing-masing agar ngga ada gempa lagi yach ^^
Sampai ketemu di edisi breaking news pada kesempatan mendatang ^_^
Monday, May 4, 2009
Andaikan ada Mesin Waktu...
Halo para pembaca... Digikid lagi senggang nih abis ujian ^^ Jadi digikid coba tulis aja deh, pas kemaren dapat inspirasi...
Kira-kira nich, kalau ada mesin waktu, yang kaya doraemon itu lho... Kalau dikasih kesempatan cuma 1x make, kita mau ngapain yah?
Hmmm.. Tentu aja ini bukan pertanyaan yang mudah, pasalnya kita cm dikasih 1 kesempatan untuk menggunakan mesin waktu ini, beda cerita dong, kalau mesin waktunya kaya punya doraemon tinggal buka laci trus naik, sampai deh ^^
Digi sih sebenarnya secara pribadi juga sempat bingung yah, kira-kira kalau mesin waktunya bisa dinaikin sekali doang, mau diapain yahhH??
Kalau digikid yahh... yah.... mau diapain yah? bingung juga @_@
Mungkin aja digi bakalan balik ke masa lalu untuk melihat, kira-kira waktu Tuhan menurunkan 10 amanat suci ke dunia itu kaya gimana si? Pasti keren banget dong ^^;
Atau mungkin digi mau lihat waktu katanya titisan Buddha lahir ke dunia, tangan ama kakinya ada lambang bulan ama matahari? Wow keren tuh
Atau mungkin digi ngeliatin waktu Sang Buddha lahir, kakinya emang bener yah menapak 7 tapak trus keluar bunga teratainya??
Atau mungkin digi bakalan ngeliat, bener ngga sih Yesus itu bangkit dari kubur setelah meninggal 3 hari?
Atau mungkin digi ngeliat, ehh.. hidup Nabi SAW itu kaya gimana sich? Tampangnya gimana sih?
Atau mungkin digi pengen ngeliat waktu muda mama digi cakepnya kaya gimana, kok sampe papa mauuu XDDDDD
Wahahaha.. Yang jelas, banyak sekali dong keinginan yang terlintas di pikiran kita :D
Mulai dari ini dan itu..
Nah.. Permasalahannya nih kalau cuma dikasih kesempatan sekali, kita mau milih yang mana ^_^
Dari sini kita bisa belajar memprioritaskan pilihan dalam hidup kita ^^
Mungkin kalau mesin waktunya bisa dipake berulang kali, digi bakalan gunain itu mesin waktu untuk hal yang ngga-ngga, misalnya:
ngeliat gimana lucunya digi waktu masih bayi, dsb
Nah, tapi karena kita cm punya 1 kesempatan, mau ngga mau dong kita harus memilih yang paling penting, dan yang paling mepet tentunya ^^
Hidup kita terkadang jg begitu, dihadapkan kepada beberapa pilihan, dan tentunya, kita cuma bisa memilih 1 ^^
Terkadang jalan yang kita pilih itu bukanlah jalan yang mulus-mulus amat.. Kalau saja kita menoleh ke jalan sebelah, mungkin akan tergores sebuah penyesalan, "kok bodoh amat ya tau gini gue tadi ngambil yang di sebelah!"
Tapi apa gunanya sih menyesal? Meskipun hidup ini penuh lika-liku, penuh dengan masalah, penderitaan, kesusahan, tangisan, ada juga kegembiraan, sukacita, tawa riang, toh kita juga harus melewati hidup ini.
Ngga peduli hari ini kita menangis, menyesal, tertawa, sedih, gembira, marah, toh kita juga akan melewati hari ini, dan sampai pada hari esok.
Kalau udah tau begitu, kenapa kita ngga melewati hari-hari kita dengan penuh tawa aja? Daripada kita selalu stress mikirin segala urusan kita, yang bagaimanapun akan segera berlalu ^^
Mungkin kata 'Hidup Cuma Sekali' harus kita hayati benar-benar ^^
Jangan sampai penyesalan dan kesedihan mewarnai seumur hidup kita ^^
Gunakan hak pilih Anda dengan sebaik-baiknya!!! (lho kok jadi pemilu nih ceritanya?) XDDDD
Monday, April 13, 2009
Namaku Tek Tan Nio
Sebuah kisah yang sangat menginspirasi, menceritakan tentang hidup seorang wanita yang berjuang demi ibu tercinta dan dirinya sendiri, meskipun tubuhnya sudah digerogoti penyakit yang mematikan, diuji dengan berbagai cobaan, dengan tegar menghadapi semua itu.
”Tidak banyak yang aku harapkan sekarang, aku hanya ingin melihat mamaku sehat, itu saja.”
Sudah beberapa minggu ini, aku tidak bisa tidur nyenyak. Kepala rasanya sakit sekali seperti ditusuk ribuan jarum tajam yang perlahan menembus kulit. Setiap malam yang kulakukan hanya membolak-balikkan badan, mengganti baju yang basah karena keringat, dan setiap satu jam sekali rutin melongok kondisi mama yang tengah tertidur. Lelah sekali! Jika sudah tidak kuat menahan sakit, aku pun terpaksa minum obat tidur, agar badan ini bisa sedikit beristirahat.
Kondisi kaki mama yang terus membengkak telah menyita seluruh pikiranku. Belum lagi kalau sesak napas mama kambuh, rasanya ingin sekali menggantikan penderitaannya. Sudah tidak bisa diungkapkan, betapa aku sangat menyayanginya melebihi apapun.
Namaku Tek Tan Nio, lahir di Bogor, 11 November 1944, dari rahim Tek Cui Nio, seorang ibu yang sangat luar biasa, karena berhasil membesarkan aku dan kelima saudaraku tanpa figur seorang suami (Tan Ceng Yat -red) di sampingnya.
Sejak papa meninggal karena tifus, mama berjualan makanan untuk bisa menghidupi dan membesarkan kami. Pagi-pagi benar beliau sudah memasak. Mulai dari membuat sate manis, sayur asin, hingga ayam goreng. Sedikit pun tidak pernah terdengar oleh kami dia mengeluh.
Hari berganti hari, tahun berganti tahun, kini kondisi mama tidak lagi sekuat dulu. Sedangkan kami tetap membutuhkan uang untuk biaya sekolah dan hidup. Akhirnya, aku yang terbiasa membantu mama berdagang, memutuskan untuk mencari uang lebih dengan mengajar bahasa Mandarin.
Sudah lama aku mencintai bahasa ini. Bahkan untuk melancarkannya aku sering mengajak ngobrol teman, tetangga, sampai seluruh hewan peliharaanku dengan menggunakan bahasa Mandarin. Semangat tinggi ini tidak sia-sia. Meskipun hanya lulus SMA, sekitar tahun 1950 hingga 1966, aku dipercaya untuk menjadi lao shi (guru) bahasa Mandarin di Zhen Zhong Xue Xio, dan Sekolah Pacung, Mangga Besar. Melalui dua sekolah tersebut, aku mendapatkan banyak teman. Aku yang senang bergaul, juga cepat sekali akrab dengan seluruh murid-muridku.
Karena kedekatan tersebut, salah satu orangtua murid memberikan kepercayaan untuk membantu menjual berlian miliknya. Awalnya aku tidak menyangka akan diberikan kepercayaan sebesar ini, apalagi jumlah berliannya tidaklah kecil, hampir satu toples penuh. Hasil penjualannya juga tidak langsung disetorkan, tapi setiap empat bulan atau enam bulan sekali.
Ket: - Cobaan datang silih berganti dalam kehidupan Tek Tan Nio, namun tidak membuat dia merasa putus asa. Sebaliknya,
dia menjadi semakin bersemangat untuk terus melanjutkan kehidupannya
Dua pekerjaan sekaligus aku jalani. Menjadi guru dan penjual berlian, secara otomatis telah mendongkrak kehidupan ekonomi keluargaku. Namun sayang, di balik itu banyak sekali cobaan yang hampir saja membunuh jiwa dan ragaku.
Materi terkadang dapat membuat orang gelap mata. Suatu ketika, saat aku kembali ke rumah sehabis bekerja, tiba-tiba kutemukan mama tengah menangis. Matanya yang teduh itu membengkak, dia terlihat sangat shock dan stres. Ternyata, tanpa sepengetahuan mama, salah satu adikku telah mengadaikan rumah kami ke bank, dan pihak bank datang untuk memberitahukan bahwa jatuh tempo pinjaman tersebut sudah hampir habis. Kalau pinjaman sebesar 85 juta tersebut tidak segera dilunasi, maka rumah ini akan segera disita oleh bank.
Darimana kami bisa mencari uang sebanyak 85 juta dalam waktu singkat? Hal itu langsung berputar di kepalaku. Uang 85 juta itu tidak pantas membuat mama meneteskan air matanya. Uang itu juga tidak boleh merusak hatinya yang lembut. Aku berjanji, demi mama aku akan mempertahankan rumah ini, dan atas nama mama, aku meneguhkan hati untuk berjuang.
Segala upaya aku lakukan. Tidak hanya mengajar, aku juga mulai membuat makanan kecil dan menititpkannya ke kantin sekolah, atau menjualnya sendiri ke rumah-rumah sehabis bekerja. Lelahnya bekerja sejak pukul 5 pagi hingga larut malam, tidak lagi kurasakan. Aku pun tidak pernah lupa bersujud memohon kepada Tuhan, untuk meminta kekuatan agar bisa menjalani semua ini. Akhirnya pinjaman itu berhasil kami lunasi. Rasa syukur itu terasa sangat luar biasa karena wajah mendung mama kini sudah berubah menjadi cerah.
Baru saja kami sedikit bernafas lega, tiba-tiba cobaan kembali datang. Sekitar tahun 94, rumah kami kemalingan, dan A Yi (sebutan untuk kakak dari ibu -red) juga terbunuh dalam kejadian itu. Semua berlian dagangan ludes tercuri, dan yang paling menyakitkan kami harus merelakan A Yi, yang selalu setia membantu. Jujur, betapa rapuhnya aku kala itu. Rasa takut, kecewa, dan putus asa semua bercampur menjadi satu. Melihat mama yang terus menangis kala mengingat A Yi, membuat hati ini semakin teriris.
Ket: - Untuk mengurangi rasa nyeri dilututnya, Tek Tan Nio memberikan perban di lututnya sebelum pergi keluar rumah.
Belum kering air mata ini, tiba-tiba saja adikku Tek Mei Lan divonis menderita ginjal oleh dokter. Dengan sangat terpaksa akhirnya kami pun menjual sisa-sisa barang yang masih berharga, dan menggunakan uang deposito yang selamat dari kemalingan untuk mengobati adik, sampai akhirnya dia dipanggil Yang Maha Kuasa.
Rasanya telah habis daya ini untuk melewati cobaan yang tidak berujung. Sering juga aku ingin mengakhiri hidup, tapi tatapan lembut mama selalu memberi semangat baru untukku. Ujub-ujub doa (doa khusus -red) yang aku panjatkan telah memberikan kekuatan yang tiada terkira, dan membuatku bertahan hingga saat ini.
Di umurku yang memasuki 65 tahun, aku masih terus berjuang. Dengan bantuan tongkat penyangga kaki, setiap tiga kali seminggu aku menjajakan kerupuk, keripik singkong, chesse stick, dan makanan ringan lainnya ke daerah sekitar rumah dan Pasar Bogor. Semua ini kulakukan untuk membiayai hidupku dan mama, karena tidak mungkin aku menyusahkan saudara-saudaraku yang juga hidup dalam keterbatasan ekonomi.
Empat tahun lalu, aku sudah mulai merasakan sakit di kaki sebelah kanan.
Namun karena tidak ada biaya aku menyepelekannya, hingga rasa sakit itu semakin hari menjadi semakin parah. Akhirnya dengan bantuan dana dari beberapa murid, aku pun memeriksakan diri. Menurut dokter, aku mengalami pengeroposan tulang, dan jatuh yang pernah kualami telah memperparah kondisi tersebut. Tulangku sudah retak dan rasanya seperti menusuk ke daging kakiku.
Oleh sebab itu, hingga kini aku membutuhkan tongkat penyangga untuk berjalan, karena aku sudah tidak kuat lagi berdiri di atas kedua kakiku.
Tidak hanya itu saja, dokter juga menjelaskan bahwa ada pembengkakan di jantungku. Ia menjelaskan hal tersebut adalah alasan mengapa aku sering sekali berkeringat (kurang lebih lima kali berganti baju setiap harinya, karena basah -red). Sebenarnya dokter sudah melarang untuk terlalu sering berjalan, tapi kalau aku tidak berjualan siapa yang akan memberi makan mama? Cuma ini yang bisa saya lakukan untuk berbakti sama mama.
Ket: - Tidak hanya pengeroposan tulang, Tek Tan Nio juga mengalami pembengkakkan jantung yang membuat ia selalu
berkeringat. Dalam satu hari, dia bisa berganti baju hingga lima kali karena keringatnya yang berlebih. (kiri)
Setiap hari, aku dan mama bergantung kepada uang hasil berdagang makanan ringan yang aku dapatkan. Aku akui, kalau hanya untuk makan dan membayar listrik uang tersebut (lebih kurang 500.00 per bulan) cukup, tapi kalau mama atau aku sakit, uang itu jauh dari kata cukup.
Walaupun sering mendapatkan bantuan dari beberapa mantan anak murid, aku tetap tidak ingin terus-menerus menyusahkan mereka. Saat ini yang aku pikirkan hanyalah kesehatan mama, karena menurut dokter mama juga tengah mengalami pembengkakan jantung.
Cobaan yang datang silih berganti tidak hanya membuat aku tangguh, tapi juga semakin menambah rasa cintaku yang besar kepada mama. Mama yang buat aku jadi semangat, kalau tidak ada mama, aku pasti sudah putus asa. Semangat untuk terus berjuang tidak hanya aku dapatkan dari mama, namun juga dari beberapa mantan murid-muridku, teman-teman lama, dan sekarang bertambah dengan hadirnya para relawan Tzu Chi. Karena ada Tzu Chi yang mendukung, rasanya menjadi lebih bersemangat untuk terus berjuang hingga titik darah penghabisan.
Wednesday, April 8, 2009
Mendekati Ujian Akhir Nasional
Alo semua! Sorry nih digi akhir-akhir sama sekali ngga bisa connect ke internet!
Soalnya, kemaren modem speedy digi rusak, n gak bisa connect ke internet selama 2minggu dari tanggal 20an, nah, sekarang digi udah pasang inet wireless baru, hore hore ^^ Asik nih cepet banget inetnya, mana unlimited lagi ^^
Kendatipun demikian, digi ngga boleh bersenang-senang dahulu.... Hoaahh!!!!
Buset deh, emang nih bener-bener minggu yang menyiksa selama 2 minggu ke depan, pasalnya, ujian akhir nasional tuh segera tiba...
Dan yang lebih parahnya lagi, digi sama sekali belum mantap persiapannya!!
Bayangin aja, dari 6 mata pelajaran yang diujikan, digi cuma YAKIN bisa lulus 2, Bahasa Inggris, dengan Bahasa Indonesia!
Loh? Sisanya gimana dong?
Lha, itu gak tau deh, makanya digi sekarang lagi bingung banget, Biologi yang hafalannya bejibun belum disantap even setengah doang (jujur aja, selama ini fokus ama fisika yang hasilnya nothing but TAMBAH BINGUNG!), kalau soal kimia.... ga usah dibahas lagi deh, bingung ama teorinya yang bejibun, nah, kalau soal matematika, ini nih digi paling yakin (minimal 50%) kalau digi bakalan bisa menjawab soal-soalnya(doain aja de) ^^
Gitu aja deh, oh ya, akhir-akhir ini emang lagi demen banget ya ama facebook, digi coba register, kaga masuk-masuk emailnya ^^
Oh ya, digi juga punya motto hidup yang baru lo ^^
Tiada hari tanpa belajar
Kapan-kapan digi cerita lagi deh, soal digi terpilih untuk lomba pidato bahasa mandarin ^^
C uu~!!!
Sunday, March 22, 2009
Minggu Gak Jelas....
Hari ni bener-bener ngga jelas banget deh!
Dimulai dari semalam yang kerjaanya ngga jelas sampai jam 12.30 baru bobok, dan gak jelasnya lagi, waktu chatting kemaren dimarain, trus, waktu conference sekelas juga pembicaraannya ngga jelas, rencanya mau ngerjain orang lain, ehh... malah didiemin gak jelas deh!!
Bener-bener serba ngga jelas nih, digi jadi bingung, padahal semalam guru les uda janji jam 7 pagi les, meneyebabkan digi tidur ngga jelas tuh cuma sampe jam 8 (wakakak, bagaimanapun tetap telat yah, wkwkwk). Abis itu... Di telp gurunya, ehhh... jam 5 baru mau les dah, aduhhh... digi pikir itu bete banget dah di rumah seharian gk ada kerjaan ^^
Untung aja bonyok ajak keluar ke tempat akong hari ini keluar kota, trus mau makan di luar, amin-amin deh, kalau ngga digi juga bakal karatan nih di rumah --"
Sekarang lagi tunggu dd digi mandi (lamanya dia mandi itu cukup untuk digi menyelesaiin sebuah posting, wkwkwkw).
Oh iya... digi lagi mau mendalami ajaran buddha, kapan-kapan boleh tanya digi yah tentang ajaran buddha n vegetarian ^^
Mayan kan kalau bisa menambah pengetahuan temen-temen semua dan digi sendiri ^^
Arigatou!!~~~
See you in next edition :D
Friday, March 20, 2009
Education Expo di Sekolah...
HAi kawan-kawan, mendengar kata education expo / pameran pendidikan, pasti udah banyak banget yang farmiliar dengan kata itu... Nah.. gitu deh kira-kira acara yang diselenggarakan di sekolah digi semalam, pada tanggal 19 Maret 2009 itu ^^
Pada pembukaannya semalam, tepat pukul 09.00, acara ini dihadiri oleh Gubernur Sumut yang baru yaitu Hj. Syamsul Arifin, bener gk sih cara nulisnya ^^;;
Anyway, sebelum pembukaan, ada pemukulan gordang 9 oleh 4 orang yang keren banget deh, temponya itu keren banget..... dari 4 orang, mereka saling mengisi tempo sehingga gk ada yang kosong ^^
Lalu...ada tarian pembuka dulu yaitu tari minang, dan eng ing eng, yang nari itu kelasnya dd digi, n dd digi juga ambil bagian dalam acara tersebut, wah bangga yah ^^ (Tahun lalu digi juga ambil bagian lo dengan memainkan gamelan ^^)
Setelah itu, Pak Gubsu pun membuka acaranya dengan pidato yang.. rada gk formal sih, soalnya Pak Gubsu itu ngga menyontek teks ala pidato formal lainnya (wah digi kagum banget deh klo ini).
Setelah itu dimeriahkan dengan pemukulan gong, dan pelepasan balon-balon. (ada temennya dd digi yang ngaku kalau pelepasan balonnya keren, soalnya blom pernah ngeliat balon banyak dilepasin gitu ^^). Abis itu, dilanjutin dengan tarian dari kelas digi, yakni tari Aceh, Melayu, Minang dan Batak... Ketika tarian Minang disajikan, digi melihat pak Gubsu tertawa terkekeh-kekeh, konon katanya Pak Gubsu adalah orang Minang, benar gk ya ^^
Abis itu acaranya ditutup dengan paduan suara dari kelas dd digi, dan foto bersama seluruh pengisi acara dan guru-guru di Methodist-2.
Oh mi gi... Ketika berfoto bersama pengisi acara, penari, paduan suara itu, emang sih ok ok aja. Tapi waktu giliran guru-guru? Oh Gosh!! Kayaknya kepala sekolah Methodist-2 malu deh punya guru kaya gitu.. Masa guru-gurunya rebutan mau foto ama Pak Gubsu... Malunya itu loh --"
Acara ini diikuti oleh 30-an jenis institusi baik dalam negeri maupun luar negeri, yang mempunyai cap sendiri-sendiri yang harus dikumpulkan biar bisa dapat grandprize *TV klo ngga salah*, digi jadi hari ini mau ke skul lagi untuk ngumpulin cap ^^
Oh iya.. Hampir lupa dengan Lomba Sains Plus yg diadakan di sekolah..
Jadi itu lomba yang melibatkan 5 mata pelajaran utama (mafia, biologi, ama inggris) yang diperlombakan sesumut oleh 18 kabupaten sesumut oleh sekitar 1400 peserta ^^ Wow. enak ya kalau digi bisa menang, hehe...
Tapi sayangnya, hasil dari dalam sekolah sendiri itu keluarnya beberapa minggu kemudian, jadi semalam udah dibacain, hasil ujian MAtematika sama Inggris untuk peserta di luar skul ^^
Kenapa seperti itu? Konon katanya kita tuan rumahnya nih, jadi kalau kita mengikutsertakan diri dalam pembacaan juara ini, nanti katanya kita pilih kasih, makanya kita baca dulu juara orang luar, dan peringkat yang di dalam itu diinformasikan secara intern ^^
Sekian dulu deh.. Cape nulisnya ~_~
PS: Doain digi dapat TV atau juara yah ^^
Thursday, March 12, 2009
The Girl Who Silenced The World..
Cerita ini berbicara mengenai seorang anak yg bernama Severn Suzuki seorang anak yg pada usia 9 tahun telah mendirikan Enviromental Children's Organization ( ECO ).
ECO sendiri adalah Sebuah kelompok kecil anak" yg mendedikasikan diri Untuk belajar dan mengajarkan pada anak" lain mengenai masalah" lingkungan.
Dan mereka pun diundang menghadiri Konfrensi Lingkungan hidup PBB, dimana pada saat itu Seveern yg berusia 12 Tahun memberikan sebuah pidato kuat yg memberikan pengaruh besar ( dan membungkam ) beberapa pemimpin dunia terkemuka.
Apa yg disampaikan oleh seorang anak kecil ber-usia 12 tahun hingga bisa membuat RUANG SIDANG PBB hening, lalu saat pidatonya selesai ruang sidang penuh dengan orang" terkemuka yg berdiri dan memberikan Tepuk Tangan yg meriah kepada anak berusia 12 tahun.
Inilah Isi pidato tersebut: ( sumber The College Foundation )
Halo, nama Saya Severn Suzuki, berbicara mewakili E.C.O - Enviromental Children Organization
Kami Adalah Kelompok dari Kanada yg terdiri dari anak" berusia 12 dan 13 tahun. Yang mencoba membuat Perbedaan: Vanessa Suttie, Morga, Geister, Michelle Quiq dan saya sendiri. Kami menggalang dana untuk bisa datang kesini sejauh 6000 mil. Untuk memberitahukan pada anda sekalian orang dewasa bahwa anda harus mengubah cara anda, Hari ini Disini juga.. Saya tidak memiliki agenda tersembunyi. Saya menginginkan masa depan bagi diri saya saja.
Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kalah dalam pemilihan umum atau rugi dalam pasar saham. Saya berada disini untuk berbicara bagi semua generasi yg akan datang.
Saya berada disini mewakili anak" yg kelaparan di seluruh dunia yang tangisannya tidak lagi terdengar.
Saya berada disini untuk berbicara bagi binatang" yang sekarat yang tidak terhitung jumlahnya diseluruh planet ini karena kehilangan habitat nya. kami tidak boleh tidak di dengar.
Saya merasa takut untuk berada dibawah sinar matahari karena berlubang nya lapisan OZON. Saya merasa takut untuk bernafas karena saya tidak tahu ada bahan kimia apa yg dibawa oleh udara.
Saya sering memancing di di Vancouver bersama ayah saya hingga beberapa tahun yang lalu kami menemukan bahwa ikan"nya penuh dengan kanker. Dan sekarang kami mendengar bahwa binatang" dan tumbuhan satu persatu mengalami kepunahan tiap harinya - hilang selamanya.
Dalam hidup saya, saya memiliki mimpi untuk melihat kumpulan besar binatang" liar, hutan rimba dan hutan tropis yang penuh dengan burung dan kupu". tetapi sekarang saya tidak tahu apakah hal" tersebut bahkan masih ada untuk dilihat oleh anak saya nantinya.
Apakah anda sekalian harus khawatir terhadap masalah" kecil ini ketika anda sekalian masih berusia sama serperti saya sekarang?
Semua ini terjadi di hadapan kita dan walaupun begitu kita masih tetap bersikap bagaikan kita masih memiliki banyak waktu dan semua pemecahan nya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan saya tidak memiliki semua pemecahan nya tetapi saya ingin anda sekalian menyadari bahwa anda sekalian juga sama seperti saya!
Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan ozon kita.
Anda tidak tahu bagaiman cara mengembalikan ikan" salmon ke sungai asalnya.
Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang" yang telah punah.
Dan anda tidak dapat mengembalikan Hutan-Hutan seperti sediakala di tempatnya yang sekarang hanya berupa padang pasir.
Jika anda tidak tahu bagaima cara memperbaikinya.
TOLONG BERHENTI MERUSAKNYA!
Disini anda adalah deligasi negara-negara anda. Pengusaha, Anggota perhimpunan, wartawan atau politisi - tetapi sebenernya anda adalah ayah dan ibu, saudara laki" dan saudara perempuan, paman dan bibi - dan anda semua adalah anak dari seseorang.
Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa kita semua adalah bagian dari sebuah keluarga besar, yang beranggotakan lebih dari 5 milyar, terdiri dari 30 juta rumpun dan kita semua berbagi udara, air dan tanah di planet yang sama - perbatasan dan pemerintahan tidak akan mengubah hal tersebut.
Saya hanyalah seorang anak kecil namun begitu saya tahu bahwa kita semua menghadapi permasalahan yang sama dan kita seharusnya bersatu untuk tujuan yang sama..
Walaupun marah, namun saya tidak buta, dan walaupun takut, saya tidak ragu untuk memberitahukan dunia apa yang saya rasakan.
Di Negara saya, kami sangat banyak melakukan penyia-nyiaan, kami membeli sesuatu dan kemudian membuang nya, beli dan kemudian buang. walaupun begitu tetap saja negara" di utara tidak akan berbagi dengan mereka yang memerlukan.
Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk kehilangan sebagian kekayaan kita, kita takut untuk berbagi.
Di Kanada kami memiliki kehidupan yang nyaman, dengan sandang, pangan dan papan yang berkecukupan - kami memiliki jam tangan, sepeda, komputer dan perlengkapan televisi.
Dua hari yang lalu di Brazil sini, kami terkejut ketika kami menghabiskan waktu dengan anak" yang hidup di jalanan. Dan salah satu anak tersebut memberitahukan kepada kami: " Aku berharap aku kaya , dan jika Aku kaya, Aku akan memberikan anak" jalanan makanan, pakaian dan obat-obatan, tempat tinggal, Cinta dan Kasih sayang " .
Jika seorang anak yang berada dijalanan yang tidak memiliki apapun, bersedia untuk berbagi, mengapa kita yang memiliki segalanya masih begitu serakah?
Saya tidak dapat berhenti memikirkan bahwa anak" tersebut berusia sama dengan saya , bahwa tempat kelahiran anda dapat membuat perbedaan yang begitu besar. bahwa saya bisa saja menjadi salah satu dari anak" yang hidup di Favellas di Rio; saya bisa saja menjadi anak yang kelaparan di Somalia ; seorang korban perang timur tengah atau pengemis di India .
Saya hanyalah Seorang anak kecil namun saya tahu bahwa jika semua Uang yang dihabiskan untuk perang dipakai untuk mengurangi tingkat kemisikinan dan menemukan jawaban terhadap permasalahan alam, betapa indah jadinya dunia ini.
Di sekolah, bahkan di taman kanak-kanak anda mengajarkan kami untuk berbuat baik. Anda mengajarkan pada kami untuk tidak berkelahi dengan orang lain.
Mencari jalan keluar, membereskan kekacauan yang kita timbulkan.
Tidak menyakiti makhluk hidup lain, Berbagi dan tidak tamak..
Lalu mengapa anda kemudian melakukan hal yang anda ajarakan pada kami supaya tidak boleh dilakukan tersebut?
Jangan lupakan mengapa anda menghadiri Konfrensi ini. mengapa anda melakukan hal ini - kami adalah anak" anda semua , Anda sekalianlah yang memutuskan dunia seperti apa yang akan kami tinggali. Orang tua seharus nya dapat memberikan kenyamanan pada anak" mereka dengan mengatakan " Semuanya akan baik-baik saja ". 'kami melakukan yang terbaik yang dapat kami lakukan' dan ' ini bukanlah akhir dari segalanya'
Tetapi saya tidak merasa bahwa anda dapat mengatakan hal tersebut kepada kami lagi. Apakah kami bahkan ada dalam daftar prioritas anda semua?
Ayah saya selalu berkata ' kamu akan selalu dikenang karena perbuatan mu bukan oleh kata" mu '
Jadi, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam hari.. kalian orang dewasa berkata bahwa kalian menyayangi kami.
Saya menantang A N D A , cobalah untuk mewujudkan kata" tersebut.
Sekian dan terima kasih atas perhatian nya.
Servern Cullis-Suzuki telah membungkam satu ruang sidang Konfrensi PBB, membungkam seluruh Orang" penting dari seluruh dunia hanya dengan pidatonya, setelah pidato nya selesai serempak seluruh Orang yang hadir diruang pidato tersebut berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah kepada anak berusia 12 tahun.
dan setelah itu ketua PBB mengatakan dalam pidato nya..
" Hari ini Saya merasa sangatlah Malu terhadap Diri saya sendiri karena saya baru saja disadarkan betapa penting na linkungan dan isi nya disekitar kita oleh Anak yang hanya berusia 12 tahun yang maju berdiri di mimbar ini tanpa selembar pun Naskah untuk berpidato, sedang kan saya maju membawa berlembar naskah yang telah dibuat oleh assisten saya kemarin… Saya ... tidak kita semua dikalahkan oleh anak yang berusia 12 tahun "
------------ --------- --------- --------- --------- ---------
Cerita ini benar" terjadi dan pidato severn Cullis-Suzuki itu benar" pidato yang dikatakan nya dalam pidato tersebut tanpa dilebih" kan .
Apa yang anda dapat dari cerita tersebut?
Thursday, March 5, 2009
Rumah Tanggaku Hancur karena Nenek......
Sebuah cerita yang sangat sangat bermakna!
Ini adalah cerita sebenarnya ( diceritakan oleh Lu Di dan di edit oleh Lian Shu Xiang )
Kesalahpahaman yang terjadi diantara keluarga.. Tatkala nilai akhir sebuah kehidupan sudah terbuka,tetapi segalanya sudah terlambat....Membawa nenek utk tinggal bersama menghabiskan masa tuanya bersama kami,malah telah menghianati ikrar cinta yg telah kami buat selama ini,setelah 2 tahun menikah,saya dan suami setuju menjemput nenek di kampung utk tinggal bersama .
Sejak kecil suami saya telah kehilangan ayahnya,dia adalah satu-satunya harapan nenek,nenek pula yg membesarkannya dan menyekolahkan dia hingga tamat kuliah.
Saya terus mengangguk tanda setuju,kami segera menyiapkan sebuah kamar yg menghadap taman untuk nenek,agar dia dapat berjemur,menanam bunga dan sebagainya.Suami berdiri didepan kamar yg sangat kaya dgn sinar matahari,tidak sepatah katapun yg terucap tiba-tiba saja dia mengangkat saya dan memutar-mutar saya seperti adegan dalam film India dan berkata :"Mari,kita jemput nenek di kampung".
Suami berbadan tinggi besar,aku suka sekali menyandarkan kepalaku ke dadanya yg bidang,ada suatu perasaan nyaman dan aman disana.Aku seperti sebuah boneka kecil yg kapan saja bisa diangkat dan dimasukan kedalam kantongnya.Kalau terjadi selisih paham diantara kami,dia suka tiba-tiba mengangkatku tinggi-tinggi diatas kepalanya dan diputar-putar sampai aku berteriak ketakutan baru diturunkan.Aku sungguh menikmati saat-saat seperti itu.
Kebiasaan nenek di kampung tidak berubah.Aku suka sekali menghias rumah dengan bunga segar,sampai akhirnya nenek tidak tahan lagi dan berkata kepada suami:"Istri kamu hidup foya-foya ,buat apa beli bunga?Kan bunga tidak bisa dimakan?" Aku menjelaskannya kepada nenek:"Ibu,rumah dengan bunga segar membuat rumah terasa lebih nyaman dan suasana hati lebih gembira."Nenek berlalu sambil mendumel,suamiku berkata sambil tertawa:"Ibu,ini kebiasaan orang kota,lambat laun ibu akan terbiasa juga."
Nenek tidak protes lagi,tetapi setiap kali melihatku pulang sambil membawa bunga,dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya berapa harga bunga itu,setiap mendengar jawabanku dia selalu mencibir sambil menggeleng-gelengkan kepala.Setiap membawa pulang barang belanjaan,dia selalu tanya itu berapa harganya ,ini berapa.Setiap aku jawab,dia selalu berdecak dengan suara keras.Suamiku memencet hidungku sambil berkata:"Putriku,kan kamu bisa berbohong.Jangan katakan harga yang sebenarnya." Lambat laun,keharmonisan dalam rumah tanggaku mulai terusik.
Nenek sangat tidak bisa menerima melihat suamiku bangun pagi menyiapkan sarapan pagi untuk dia sendiri,di mata nenek seorang anak laki-laki masuk ke dapur adalah hal yang sangat memalukan.Di meja makan,wajah nenek selalu cemberut dan aku sengaja seperti tidak mengetahuinya.Nenek selalu membuat bunyi-bunyian dengan alat makan seperti sumpit dan sendok,itulah cara dia protes.
Aku adalah instrukstur tari,seharian terus menari membuat badanku sangat letih,aku tidak ingin membuang waktu istirahatku dengan bangun pagi apalagi disaat musim dingin.Nenek kadang juga suka membantuku di dapur,tetapi makin dibantu aku menjadi semakin repot,misalnya;dia suka menyimpan semua kantong-kantong bekas belanjaan,dikumpulkan bisa untuk dijual katanya.Jadilah rumahku seperti tempat pemulungan kantong plastik,dimana-mana terlihat kantong plastik besar tempat semua kumpulan kantong plastik.
Kebiasaan nenek mencuci piring bekas makan tidak menggunakan cairan pencuci,agar supaya dia tidak tersinggung,aku selalu mencucinya sekali lagi pada saat dia sudah tidur.Suatu hari,nenek mendapati aku sedang mencuci piring malam harinya,dia segera masukke kamar sambil membanting pintu dan menangis.Suamiku jadi serba salah,malam itu kami tidur seperti orang bisu,aku coba bermanja-manja dengan dia,tetapi dia tidak perduli.Aku menjadi kecewa dan marah."Apa salahku?" Dia melotot sambil berkata:"Kenapa tidak kamu biarkan saja? Apakah memakan dengan pring itu bisa membuatmu mati?"
Aku dan nenek tidak bertegur sapa untuk waktu yg culup lama,suasana mejadi kaku.Suamiku menjadi sangat kikuk,tidak tahu harus berpihak pada siapa?Nenek tidak lagi membiarkan suamiku masuk ke dapur,setiap pagi dia selalu bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuknya,suatu kebahagiaan terpancar di wajahnya jika melihat suamiku makan dengan lahap,dengan sinar mata yang seakan mencemohku sewaktu melihat padaku,seakan berkata dimana tanggung jawabmu sebagai seorang istri?
Demi menjaga suasana pagi hari tidak terganggu,aku selalu membeli makanan diluar pada saat berangkat kerja.Saat tidur,suami berkata:"Lu di,apakah kamu merasa masakan ibu tidak enak dan tidak bersih sehingga kamu tidak pernah makan di rumah?" sambil memunggungiku dia berkata tanpa menghiraukan air mata yg mengalir di kedua belah pipiku.Dan dia akhirnya berkata:"Anggaplah ini sebuah permintaanku,makanlah bersama kami setiap pagi."Aku mengiyakannya dan kembali ke meja makan yg serba canggung itu.
Pagi itu nenek memasak bubur,kami sedang makan dan tiba-tiba ada suatu perasaan yg sangat mual menimpaku,seakan-akan isi perut mau keluar semua.Aku menahannya sambil berlari ke kamar mandi,sampai disana aku segera mengeluarkan semua isi perut.Setelah agak reda,aku melihat suamiku berdiri didepan pintu kamar mandi dan memandangku dengan sinar mata yg tajam,diluar sana terdengar suara tangisan nenek dan berkata-kata dengan bahasa daerahnya.Aku terdiam dan terbengong tanpa bisa berkata-kata.Sungguh bukan sengaja aku berbuat demikian!.
Pertama kali dalam perkawinanku,aku bertengkar hebat dengan suamiku,nenek melihat kami dengan mata merah dan berjalan menjauh……suamiku segera mengejarnya keluar rumah.
Menyambut anggota baru tetapi dibayar dengan nyawa nenek.
Selama 3 hari suamiku tidak pulang ke rumah dan tidak juga meneleponku.Aku sangat kecewa,semenjak kedatangan nenek di rumah ini,aku sudah banyak mengalah,mau bagaimana lagi?Entah kenapa aku selalu merasa mual dan kehilangan nafsu makan ditambah lagi dengan keadaan rumahku yang kacau,sungguh sangat menyebalkan.Akhirnya teman sekerjaku berkata:"Lu Di,sebaiknya kamu periksa ke dokter."Hasil pemeriksaan menyatakan aku sedang hamil.Aku baru sadar mengapa aku mual-mual pagi itu.Sebuah berita gembira yg terselip juga kesedihan.Mengapa suami dan nenek sebagai orang yg berpengalaman tidak berpikir sampai sejauh itu?
Di pintu masuk rumah sakit aku melihat suamiku,3 hari tidak bertemu dia berubah drastis,muka kusut kurang tidur,aku ingin segera berlalu tetapi rasa iba membuatku tertegun dan memanggilnya.Dia melihat ke arahku tetapi seakan akan tidak mengenaliku lagi,pandangan matanya penuh dengan kebencian dan itu melukaiku.Aku berkata pada diriku sendiri,jangan lagi melihatnya dan segera memanggil taksi.Padahal aku ingin memberitahunya bahwa kami akan segera memiliki seorang anak.Dan berharap aku akan diangkatnya tinggi-tinggi dan diputar-putar sampai aku minta ampun tetapi..... mimpiku tidak menjadi kenyataan.Didalam taksi air mataku mengalir dengan deras.Mengapa kesalah pahaman ini berakibat sangat buruk?
Sampai di rumah aku berbaring di ranjang memikirkan peristiwa tadi,memikirkan sinar matanya yg penuh dengan kebencian,aku menangis dengan sedihnya.Tengah malam,aku mendengar suara orang membuka laci,aku menyalakan lampu dan melihat dia dgn wajah berlinang air mata sedang mengambil uang dan buku tabungannya.Aku nenatapnya dengan dingin tanpa berkata-kata.Dia seperti tidak melihatku saja dan segera berlalu.Sepertinya dia sudah memutuskan utk meninggalkan aku.Sungguh lelaki yg sangat picik,dalam saat begini dia masih bisa membedakan antara cinta dengan uang.Aku tersenyum sambil menitikan air mata.
Aku tidak masuk kerja keesokan harinya,aku ingin secepatnya membereskan masalah ini,aku akan membicarakan semua masalah ini dan pergi mencarinya di kantornya.Di kantornya aku bertemu dengan seketarisnya yg melihatku dengan wajah bingung."Ibunya pak direktur baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas dan sedang berada di rumah sakit.Mulutku terbuka lebar.Aku segera menuju rumah sakit dan saat menemukannya,nenek sudah meninggal.Suamiku tidak pernah menatapku,wajahnya kaku.Aku memandang jasad nenek yg terbujur kaku.Sambil menangis aku menjerit dalam hati:"Tuhan,mengapa ini bisa terjadi?"
Sampai selesai upacara pemakaman,suamiku tidak pernah bertegur sapa denganku,jika memandangku selalu dengan pandangan penuh dengan kebencian.Peristiwa kecelakaan itu aku juga tahu dari orang lain,pagi itu nenek berjalan ke arah terminal,rupanya dia mau kembali ke kampung.Suamiku mengejar sambil berlari,nenek juga berlari makin cepat sampai tidak melihat sebuah bus yg datang ke arahnya dengan kencang.Aku baru mengerti mengapa pandangan suamiku penuh dengan kebencian.Jika aku tidak muntah pagi itu,jika kami tidak bertengkar, jika............dimatanya,akulah penyebab kematian nenek.
Suamiku pindah ke kamar nenek,setiap malam pulang kerja dengan badan penuh dengan bau asap rokok dan alkohol.Aku merasa bersalah tetapi juga merasa harga diriku terinjak-injak.Aku ingin menjelaskan bahwa semua ini bukan salahku dan juga memberitahunya bahwa kami akan segera mempunyai anak.Tetapi melihat sinar matanya,aku tidak pernah menjelaskan masalah ini.Aku rela dipukul atau dimaki-maki olehnya walaupun ini bukan salahku.Waktu berlalu dengan sangat lambat.Kami hidup serumah tetapi seperti tidak mengenal satu sama lain.Dia pulang makin larut malam.Suasana tegang didalam rumah.
Suatu hari,aku berjalan melewati sebuah café,melalui keremangan lampu dan kisi-kisi jendela, aku melihat suamiku dengan seorang wanita didalam.Dia sedang menyibak rambut sang gadis dengan mesra.Aku tertegun dan mengerti apa yg telah terjadi.Aku masuk kedalam dan berdiri di depan mereka sambil menatap tajam kearahnya.Aku tidak menangis juga tidak berkata apapun karena aku juga tidak tahu harus berkata apa.Sang gadis melihatku dan ke arah suamiku dan segera hendak berlalu.Tetapi dicegah oleh suamiku dan menatap kembali ke arahku dengan sinar mata yg tidak kalah tajam dariku.Suara detak jangtungku terasa sangat keras,setiap detak suara seperti suara menuju kematian.Akhirnya aku mengalah dan berlalu dari hadapan mereka,jika tidak.. mungkin aku akan jatuh bersama bayiku dihadapan mereka.
Malam itu dia tidak pulang ke rumah.Seakan menjelaskan padaku apa yang telah terjadi.Sepeninggal nenek,rajutan cinta kasih kami juga sepertinya telah berakhir.Dia tidak kembali lagi ke rumah,kadang sewaktu pulang ke rumah,aku mendapati lemari seperti bekas dibongkar.Aku tahu dia kembali mengambil barang-barang keperluannya.Aku tidak ingin menelepon dia walaupun kadang terbersit suatu keinginan untuk menjelaskan semua ini.Tetapi itu tidak terjadi.........,semua berlalu begitu saja.
Aku mulai hidup seorang diri,pergi check kandungan seorang diri.Setiap kali melihat sepasang suami istri sedang check kandungan bersama,hati ini serasa hancur.Teman-teman menyarankan agar aku membuang saja bayi ini,tetapi aku seperti orang yg sedang histeris mempertahankan miliknya.Hitung-hitung sebagai pembuktian kepada nenek bahwa aku tidak bersalah.
Suatu hari pulang kerja,aku melihat dia duduk didepan ruang tamu.Ruangan penuh dengan asap rokok dan ada selembar kertas diatas meja,tidak perlu tanya aku juga tahu surat apa itu.2 bulan hidup sendiri,aku sudah bisa mengontrol emosi.Sambil membuka mantel dan topi aku berkata kepadanya:"Tunggu sebentar,aku akan segera menanda tanganinya".Dia melihatku dengan pandangan awut-awutan demikian juga aku.Aku berkata pada diri sendiri,jangan menangis,jangan menangis.Mata ini terasa sakit sekali tetapi aku terus bertahan agar air mata ini tidak keluar.Selesai membuka mantel,aku berjalan ke arahnya dan ternyata dia memperhatikan perutku yg agak membuncit.Sambil duduk di kursi,aku menanda tangani surat itu dan menyodorkan kepadanya."Lu di,kamu hamil?" Semenjak nenek meninggal,itulah pertama kali dia berbicara kepadaku.Aku tidak bisa lagi membendung air mataku yg menglir keluar dengan derasnya.Aku menjawab:"Iya,tetapi tidak apa-apa.Kamu sudah boleh pergi".Dia tidak pergi,dalam keremangan ruangan kami saling berpandangan.Perlahan-lahan dia membungkukan badanya ke tanganku,air matanya terasa menembus lengan bajuku.Tetapi di lubuk hatiku,semua sudah berlalu,banyak hal yg sudah
pergi dan tidak bisa diambil kembali.
Entah sudah berapa kali aku mendengar dia mengucapkan kata:"Maafkan aku,maafkan aku".Aku pernah berpikir untuk memaafkannya tetapi tidak bisa.Tatapan matanya di cafe itu tidak akan pernah aku lupakan.Cinta diantara kami telah ada sebuah luka yg menganga.Semua ini adalah sebuah akibat kesengajaan darinya.
Berharap dinding es itu akan mencair,tetapi yang telah berlalu tidak akan pernah kembali.Hanya sewaktu memikirkan bayiku,aku bisa bertahan untuk terus hidup.Terhadapnya,hatiku dingin bagaikan es,tidak pernah menyentuh semua makanan pembelian dia,tidak menerima semua hadiah pemberiannya tidak juga berbicara lagi dengannya.Sejak menanda tangani surat itu,semua cintaku padanya sudah berlalu,harapanku telah lenyap tidak berbekas.
Kadang dia mencoba masuk ke kamar untuk tidur bersamaku,aku segera berlalu ke ruang tamu,dia terpaksa kembali ke kamar nenek.Malam hari,terdengar suara orang mengerang dari kamar nenek tetapi aku tidak perduli.Itu adalah permainan dia dari dulu.Jika aku tidak perduli padanya,dia akan berpura-pura sakit sampai aku menghampirinya dan bertanya apa yang sakit.Dia lalu akan memelukku sambil tertawa terbahak-bahak.Dia lupa........,itu adalah dulu,saat cintaku masih membara,sekarang apa lagi yg aku miliki?
Begitu seterusnya,setiap malam aku mendengar suara orang mengerang sampai anakku lahir.Hampir setiap hari dia selalu membeli barang-barang perlengkapan bayi,perlengkapan anak-anak dan buku-buku bacaan untuk anak-anak.Setumpuk demi setumpuk sampai kamarnya penuh sesak dengan barang-barang.Aku tahu dia mencoba menarik simpatiku tetapi aku tidak bergeming.Terpaksa dia mengurung diri dalam kamar,malam hari dari kamarnya selalu terdengar suara pencetan keyboard komputer.Mungkin dia lagi tergila-gila chatting dan berpacaran di dunia maya pikirku.Bagiku itu bukan lagi suatu masalah.
Suatu malam di musim semi,perutku tiba-tiba terasa sangat sakit dan aku berteriak dengan suara yg keras.Dia segera berlari masuk ke kamar,sepertinya dia tidak pernah tidur.Saat inilah yg ditunggu-tunggu olehnya.Aku digendongnya dan berlari mencari taksi ke rumah sakit.Sepanjang jalan,dia mengenggam dengan erat tanganku,menghapus keringat dingin yg mengalir di dahiku.Sampai di rumah sakit,aku segera digendongnya menuju ruang bersalin.Di punggungnya yg kurus kering,aku terbaring dengan hangat dalam dekapannya.Sepanjang hidupku,siapa lagi yg mencintaiku sedemikian rupa jika bukan dia?
Sampai dipintu ruang bersalin,dia memandangku dengan tatapan penuh kasih sayang saat aku didorong menuju persalinan,sambil menahan sakit aku masih sempat tersenyum padanya.Keluar dari ruang bersalin,dia memandang aku dan anakku dengan wajah penuh dengan air mata sambil tersenyum bahagia.Aku memegang tanganya,dia membalas memandangku dengan bahagia,tersenyum dan menangis lalu terjerambab ke lantai.Aku berteriak histeris memanggil namanya.
Setelah sadar,dia tersenyum tetapi tidak bisa membuka matanya………aku pernah berpikir tidak akan lagi meneteskan sebutir air matapun untuknya,tetapi kenyataannya tidak demikian,aku tidak pernah merasakan sesakit saat ini.Kata dokter,kanker hatinya sudah sampai pada stadium mematikan,bisa bertahan sampai hari ini sudah merupakan sebuah mukjijat.Aku tanya kapankah kanker itu terdeteksi? 5 bulan yg lalu kata dokter,bersiap-siaplah menghadapi kemungkinan terburuk.Aku tidak lagi perduli dengan nasehat perawat,aku segera pulang ke rumah dan ke kamar nenek lalu menyalakan komputer.
Ternyata selama ini suara orang mengerang adalah benar apa adanya,aku masih berpikir dia sedang bersandiwara…………Sebuah surat yg sangat panjang ada di dalam komputer yg ditujukan kepada anak kami."Anakku,demi dirimu aku terus bertahan,sampai aku bisa melihatmu.Itu adalah harapanku.Aku tahu dalam hidup ini,kita akan menghadapi semua bentuk kebahagiaan dan kekecewaan,sungguh bahagia jika aku bisa melaluinya bersamamu tetapi ayah tidak mempunyai kesempatan untuk itu.Didalam komputer ini,ayah mencoba memberikan saran dan nasehat terhadap segala kemungkinan hidup yg akan kamu hadapi.Kamu boleh mempertimbangkan saran ayah.
"Anakku,selesai menulis surat ini,ayah merasa telah menemanimu hidup selama bertahun -tahun.Ayah sungguh bahagia.Cintailah ibumu,dia sungguh menderita,dia adalah orang yg paling mencintaimu dan adalah orang yg paling ayah cintai".
Mulai dari kejadian yg mungkin akan terjadi sejak TK,SD,SMP,SMA sampai kuliah,semua tertulis dengan lengkap didalamnya.Dia juga menulis sebuah surat untukku."Kasihku,dapat menikahimu adalah hal yg paling bahagia aku rasakan dalam hidup ini.Maafkan salahku,maafkan aku tidak pernah memberitahumu tentang penyakitku.Aku tidak mau kesehatan bayi kita terganggu oleh karenanya.Kasihku,jika engkau menangis sewaktu membaca surat ini,berarti kau telah memaafkan aku.Terima kasih atas cintamu padaku selama ini.Hadiah-hadiah ini aku tidak punya kesempatan untuk memberikannyapada anak kita.Pada bungkusan hadiah tertulis semua tahun pemberian padanya".
Kembali ke rumah sakit,suamiku masih terbaring lemah.Aku menggendong anak kami dan membaringkannya diatas dadanya sambil berkata:"Sayang,bukalah matamu sebentar saja,lihatlah anak kita.Aku mau dia merasakan kasih sayang dan hangatnya pelukan ayahnya".Dengan susah payah dia membuka matanya,tersenyum..............anak itu tetap dalam dekapannya,dengan tanganya yg mungil memegangi tangan ayahnya yg kurus dan lemah.Tidak tahu aku sudah menjepret berapa kali momen itu dengan kamera di tangan sambil berurai air mata....................
Teman2 terkasih,aku sharing cerita ini kepada kalian,agar kita semua bisa menyimak pesan dari cerita ini.Mungkin saat ini air mata kalian sedang jatuh mengalir atau mata masih sembab sehabis menangis,ingatlah pesan dari cerita ini :"Jika ada sesuatu yg mengganjal di hati diantara kalian yg saling mengasihi,sebaiknya utarakanlah jangan simpan didalam hati.Siapa tau apa yg akan terjadi besok? Ada sebuah pertanyaan:Jika kita tahu besok adalah hari kiamat,apakah kita akan menyesali semua hal yg telah kita perbuat? atau apa yg telah kita ucapkan? Sebelum segalanya menjadi terlambat,pikirlah matang2 semua yg akan kita lakukan sebelum kita menyesalinya seumur hidup.