Puluhan tahun bekerja di Pertamina dengan jabatan yang sangat "basah" sebenarnya membuka peluang yang sangat besar bagi ayah saya untuk lebih mensejahterakan anak istrinya dengan uang korupsi.
Saya pikir-pikir, kalau ayah saya mau korupsi, paling tidak bisa mengirim saya dan adik saya sekolah ke luar negeri, bisa beli rumah yang lebih megah di kawasan yang lebih elit, bisa membelikan kami anak-anaknya masing-masing sebuah mobil keluaran terbaru, bisa mengajak kami sekeluarga berlibur keliling dunia, bisa membelikan ibu saya perhiasan berlian dan baju-baju yang mahal seperti yang dilakukan oleh teman2nya yang lain.
Tapi ayah saya memilih untuk hanya memberikan uang gajinya berikut bonus-bonus perusahaan untuk kehidupan keluarganya. Ayah saya memilih untuk hidup jujur dan menghindari korupsi.
Kalau saya tanya, "Kenapa sih Papa gak mau korupsi? Kalau Papa korupsi tentunya aku bisa punya mobil sendiri seperti Jeanne temanku itu ...." Ayah saya cuma berujar pendek, "Buat apa kaya tapi tiap malam tidur tidak bisa nyenyak..."
Ibu saya pun Alhamdulillah tidak pernah merongrong suaminya untuk memberikan lebih dari apa yang sudah menjadi hak suaminya. Ibu saya mengajarkan kepada kami semua bahwa sudah seharusnya kami semua bangga punya Papa yang tetap jujur dan memiliki integritas yang tinggi, tidak goyah dengan iming-iming materi untuk meloloskan satu-dua proyek yang nilainya jutaan dollar. Dan sudah sewajarnya keluarganya mendukung untuk tidak "memaksa" Papa mencari kelebihan materi melalui usaha-usaha yang merugikan orang lain.
Ayah saya yang sudah lebih 35 tahun bekerja di Pertamina, di hari tuanya ini hanya memiliki sebuah rumah yang sudah bocor di sana-sini menanti bertahun-tahun untuk diperbaiki, sebuah mobil bekas yang dirawat Papa dengan penuh hati-hati sebab katanya Papa tidak punya uang lebih kalau harus mengganti mobil yang lebih baru dan seorang istri yang tak pernah iri bila dalam arisan teman-temannya.
memamerkan berlian semilyar rupiah atau tas kulit merek terkenal berharga jutaan rupiah sementara dirinya cuma pakai tas beli di Mangga Dua dan perhiasan emas yang dibelinya di toko emas di pasar dekat rumah. Tapi saya tahu ayah saya selalu menatap rekan kerjanya dengan kepala tegak, bicara dengan team Pemeriksa Keuangan dengan suara mantap, menyergah atasannya dengan tegas, karena memang ia tak pernah sepeser pun "mencuri" uang rakyat dengan praktek korupsi.
Saya sangat bangga dengan ayah saya yang sebentar lagi akan memasuki masa pensiun dengan nama bersih tanpa cela, disegani dan dihargai oleh semua rekan kerjanya karena tidak pernah sekalipun terlibat korupsi.
Dulu, sewaktu kecil setiap teman-teman saya memamerkan pakaian mahal terbaru, mainan mahal terbaru atau perhiasan mahal terbaru dan setengah mengejek berkata, "Kamu punya apa, Fer?"
Saya bisa menjawab pasti, "Aku punya Papa yang tak pernah korupsi."
Digikid is available in Chinese and English now!!
Digikid sudah ada dalam Bahasa Mandarin dan Bahasa Inggris lho ^^
Wednesday, December 24, 2008
Aku punya Papa yang Tidak Pernah Korupsi...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteDigi, nice story for a reflection. Tapi gw heran, kok yang kemaren komen di post terakhir lu ga komen ya? kemana org2 yg kemaren bilang kebenaran cerita itu bukan masalah yang penting ambil sisi positifny. Sori, gw rada ga setuju krn truth matters, kebenaran itu mutlak. Menurut gw, komentar2 kayak gitu sangat kekanakan. Emangny kita masih anak kecil yg perlu dinasehatin pake cerita2an...kita bisa mikir pake logika kan?
ReplyDeleteKenapa gw sedikit emosional, krn cerita2 gini bisa jadi propaganda...dan komen2 org sebelumnya soal guru xia menunjukkan bahwa org indo sangat mudah dimanipulasi lewat cerita2 dan berita. Tidak menuntut kebenaran terlebih dahulu.
Gimana mau maju klo mentalitas bangsa masih mentalitas anak tk.
hai lip ^^
ReplyDeletesebelumnya, merry christmas ya, hohoho
i wonder how keadaannya disana kalau christmas sambil summer ~_~
anyway, akan aku tanggapi commentnya secara sepihak ;)
Gini yah lip, ada beberapa orang yang bisa simply termotivasi oleh cerita-cerita dongeng sekalipun, they can think it's true, well, even though we don't know the truth..
So, let it be...
Hal ini sama seperti pendapat orang atheis tentang agama, they can simply say : " How stupid you are to believe in something that doesn't EVEN exist? "
MEmangnya Tuhan itu berwujud?
Mungkin kita bakalan menjawab, "Ada peninggalan berupa kitab suci, alkitab, tripitaka, alquran, dll, dan ada juga orang yang sampai sekarang mempercayai bahwa Kristus, Buddha Gautama, Nabi Mohammad itu memang ada".
In this case, saya juga bisa jawab, "Disini yaaa.... kita juga menemukan peninggalan berupa cerita nyatanya (yang baru saja kita bahas loh), dan terdapat juga, orang-orang yang mempercayai kisah tersebut sampai sekarang, bukan?"
Soooo.. Aku pikir... ini cuma masalah percaya atau ngga percaya aja, 'n gk ada hubungannya sama berpikiran logis, mental anak tk dsb.
Memang sih ada kasus scientific aneh yang terjadi, nah, itu menuntut LOGIKA kita dalam berpikir.
Sementara kalau cerita motivasi itu, saya pikir yang kita butuh cuma KEPERCAYAAN..
Ada cerita yang harus kita bedakan dimana kita harus menggunakan logika untuk menganalisanya, atau menggunakan perasaan kita untuk memahaminya ^^
Bahkan dengan iman secuil saja bisa memindahkan gunung batu, bukan? :)
Digi, maksud saya adalah apa bedanya menulis hargailah wanita meskipun dia seorang pelacur dengan menulis cerita panjang lebar? Coba kamu bayangkan sejenak, semisal kamu yang menulis post itu dan orang yang membaca sudah tahu bahwa cerita itu fiksi. Efek ceritanya jadi berkurang kan? Itu yang kumaksud.
ReplyDeleteSebagai contoh cerita fiksi yang kali ini kamu post.
Memang beginilah manusia. Kalau mereka melihat sesuatu atau merasa sesuatu itu nyata, efeknya akan besar. Tetapi, ini bukan sekedar masalah percaya atau ga percaya. Dalam kasus ini, tidak ada efek samping yang signifikan. Tapi ada banyak cerita-cerita palsu yang punya efek samping besar.
Motivasi itu tidak bisa datang hanya dengan modal percaya. Bisakah kamu termotivasi oleh hal yang tidak nyata? Kamu termotivasi ajaran agamamu karena kamu menyakini itu nyata.
Ini adalah poin kedua yang kumaksud. Kebenaran atau kenyataan itu mutlak. Tidak bisa dikompromi. Apakah bisa kamu mengkompromi ajaran agamamu sendiri? Apakah di agamamu diajarkan boleh berbohong? (Saya salah satu penentang white lie)
Jadi digi, jangan mecampuradukan kepercayaan disini. Dari segi ilmu pengetahuan, Tuhan itu belum bisa dibuktikan kebenarannya. Saya seorang yang percaya dan juga seorang yang belajar ilmu science, sayangnya saya harus bisa memisahkan antara science dan agama. Apakah kamu mau berobat sama saya kalau saya hanya bermodalkan keyakinan? (saya yakin tanaman obat yang baru saya temukan bisa menyembukan penyakit anda...tentu tidak bukan, anda pasti mau tahu apakah obat ini benar-benar manjur).
Apa bedanya anak kecil sama orang dewasa? Waktu TK, kita diajarkan 1+1 = 2, tanpa tahu kenapa bisa begitu tetapi kita percaya saja. Sekarang kamu tahu? Itu bedanya.
Kalau kamu juga tahu, dulu orang-orang percaya bahwa matahari berputar mengelilingi bumi.
Kesimpulannya, saya tidak menentang cerita-cerita fake dimuat...tapi saya hanya ingin agar pembaca lebih kritis. Kalau dijelaskan lebih lanjut yang pasti ini akan panjang lebar.
Benar sekali... Kalau dijelaskan lebih lanjut akan panjang lebar.... dan untuk saya lebih membingungkan --"
ReplyDeleteMulai gk ngerti bagian yang tadi kamu sebutkan.
Anyway, saya tetep berpikir kalau cerita itu fake atau ngga ya tetep kita ambil sisi positifnya aja :)
Saya juga percaya saya termotivasi oleh hal ini karena saya pribadi percaya itu nyata, tidak ada salahnya kan kalau saya percaya kalau itu nyata, dan saya berusaha menerapkannya di dalam hidup saya, belajar untuk menghargai setiap manusia yang ada di dunia, bisa dipelajari lewat kisah ini, bukan karena saya diberitahu oleh orang tua saya "Cintai sesamamu, jangan lukai mereka, dan sebagainya."
Semua bergantung dari masing-masing orang (sekali lagi ini menurut saya sendiri)
gimana kalau diselesaiin lewat MSN aja? :P
Yupp. Pendapat Filipus D benar..
ReplyDeleteBut, actually, digi itu juga benar.
Fakta tanpa keyakinan itu mustahil ada.. N, keyakinan tanpa fakta adalah ketidakpastian.
Pernah ada cerita fiksi Da Vinci Code yang mengguncang dunia dengan memasukkan tokoh-tokoh nyata seperti Yesus, dan sebagainya. Ini adalah salah satu contoh cerita yang menyesatkan. dan, ini sebenarnya sangat tidak boleh..!!
Namun, tidak semua cerita yang bermoral yang harus didasari oleh fakta. Kita lihat saja film di tanah air, seperti ayat-ayat cinta, laskar pelangi.. Apakah semua cerita renungan harus fakta?? Tentunya tidak.. Dan, selama itu tidak menyesatkan, cerita semacam ini menurut saya sangat boleh disebarkan.. ^^
oooo.. .hmmm....... begitulah ;)
ReplyDeletesaya yakin kisah ini bisa nyata :)
ReplyDeletetidak harus nyata, tapi bisa nyata.. :)
dan saya yakin, orang-orang semacam ini ada..
seperti Guru Xia, seperti Cerita di atas..
pernah ada, sedang ada dan akan ada..
salam,
Filip benar.
ReplyDeleteDigi juga benar..
Hen benar juga...
Begitu juga YauHui....
Semua benar..
Jangan mencampuradukan kepercayaan, realita, apalagi keyakinan.
Itu hanyalah sebuah cerita, entah real atau fake tidaklah menjadi masalah. Yang jadi masalah apakah kita sanggup menyikapinya secara dewasa? Kalau anda merasa cerita itu real, tentu menjadi motivasi untuk selalu menjaga kejujuran di atas segalanya. Kalau cerita itu fake, anggap saja itu hanya mengingatkan kepada kita untuk selalu jujur dalam hal apapun, walau terkadang tidak baik efeknya terhadap kita maupun di sekitar kita.